Tiga Kali Bekerja di Luar Angkasa, Astronot NASA Ini Akui Masih Takut Ketinggian

Walaupun seorang astronot dengan jam terbang tinggi, Andrew Feustel ternyata takut pada ketinggian

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 28 Mar 2018, 11:00 WIB
Astronot juga manusia. Seperti Andrew Feustel yang ternyata memiliki rasa takut ringan pada ketinggian (Foto: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Astronot juga manusia. Seperti Andrew Feustel yang ternyata memiliki rasa takut ringan pada ketinggian, meskipun dia bekerja di tempat yang jauh dari planet bumi.

Sebuah video yang dirilis oleh NASA memperlihatkan tentang beberapa fakta yang tidak diketahui orang tentang Feustel. Di sana, dia mengungkapkan bahwa dirinya memiliki ketakutan pada ketinggian, walaupun tidak mencapai tahap fobia.

Dikutip dari TechTimes pada Rabu (28/3/2018), Feustel dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station disingkat ISS) pada hari Rabu, 21 Maret 2018 waktu setempat. Stasiun itu terletak di ketinggian 250 mil atau 402.336 kilometer dari Bumi.

Ini merupakan kedua kalinya Feustel tinggal di ISS. Kali ini dia akan menetap lebih lama. Secara keseluruhan, misi ini merupakan ketiga kalinya dia pergi ke luar angkasa.

Dia akan tinggal di ISS sekitar enam bulan dan akan menjadi komandan pada bulan Juni.

Astronot berkewarganegaraan ganda Amerika Serikat dan Kanada itu bergabung ke perjalanan menuju ISS, setelah direkrut oleh insinyur penerbangan NASA Ricky Arnold dan astronot Rusia Oleg Artemyev.

Untuk menuju ISS, mereka melakukan perjalanan dengan pesawat ruang angkasa Soyuz MS-08 dengan waktu tempuh hingga 50 jam.

Meskipun takut ketinggian, Feustel telah menghabiskan waktu selama 42 jam melakukan spacewalks (berjalan-jalan atau melayang di luar angkasa) dan 29 hari di luar angkasa.

 

Simak juga video menarik berikut ini: 

2 dari 2 halaman

Pekerjaan berbahaya

Biarpun terlihat keren, pekerjaan astronot memiliki bahaya yang besar. Ada banyak hal di luar sana yang bisa membunuh astronot.

Astronot dari European Space Agency, Luca Parmitano, contohnya. Dia nyaris kehabisan napas di luar angkasa saat helmnya terisi air.

Saat itu, dia sedang bekerja di luar ISS ketika mengetahui kebocoran itu. Air juga memutus sistem komunikasinya dan dia tidak bisa bicara dengan rekan-rekannya. Walaupun begitu, dia tetap berjalan menuju pintu airlock dan berhasil menyelamatkan dirinya.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya