Sukses

Said Aqil Siradj: Mari Kita Gunakan Politik untuk Perkuat Agama

Tidak usah negara Islam tidak usah politik Islam, tapi Islam jadikan nilai-nilai universal dasar perpolitikan.

Liputan6.com, Jakarta Jangan menggunakan agama untuk tujuan politik. Tetapi politik bisa digunakan untuk memperkuat agama. Pendapat ini disampaikan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dalam program Merawat Persatuan. 

Bagaimana pula pandangan Said Aqil Siradj terhadap berbagai aksi terkait kasus Ahok belakangan ini? Berikut pandangan Said Aqil Siradj Seperti yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV (4/4/2017):

Bagaimana memposisikan agama dalam politik?

Jangan menggunakan agama untuk tujuan politik. Di balik boleh. Mari kita gunakan politik untuk  memperkuat agama. Memperkuat agama bukan harus menghantam yang lain, tidak, itu tadi. Saya sebagai jujur, tidak korupsi, amanah itu artinya saya dalam berpolitik beragama. Agama saya jadikan nilai yang  selalu mewarnai kehidupan saya sehari-hari dalam menjalankan tugas politik saya. Tidak usah negara Islam, tidak usah politik Islam, tapi Islam jadikan nilai-nilai universal, dasar perpolitikan. Ahlak kita, moral kita, budaya kita.

Bagaimana anda melihat aksi-aski belakangan kerap terjadi terkait dengan kasus Ahok?

Yang tidak senang Ahok yang jangan milih Ahok, yang tidak senang Anies yah jangan milih Anies. Sudah titik, selesai. Anda senangnya siapa? Anies, ya sudah pilih Anies. Anda milih siapa? Ahok, yah pilih Ahok. Enggak usah demo tiga juta orang.

Waktu, energi, uang, pikiran minimal tiga hari persiapan. Itu kalau digunakan dengan hal yang lain sangat positif sekali. Bagi seorang penulis, bagi seorang pemikir sudah berapa halaman itu. Bagi yang ngajar, bagi yang memberi kuliah, memberi ceramah sudah berapa hasilnya itu yang didapatkan dari nilai-nilai aktivitas keilmuannya. Bagi yang bisnis, bagi yang kerja di kantor, sudah berapa keuntungan tiga hari itu didapatkan.

Jadi kalau waktu habis untuk berdemo, waktu, tenaga, pikiran, energi, uang juga. Nah kalau ada yang danain yah tinggal berangkat saja. Apalagi salat Jumat di Monas. Saya atau kita salat di masjid dengan niat tulus ibadah saja belum tentu kualitasnya seperti apa. Belum tentu kualitasnya baik.

Saya salat di masjid niat salat karena Allah Ta'ala tidak tahu diterima oleh Allah SWT. Apalagi niat salat dari rumah bertujuan untuk berpolitik.

Bagaimana arah NU dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan?

Arah saya dan NU tidak pernah berubah dari dulu sekarang dan seterusnya. Katakanlah kalau sekarang empat pilar yah. Kalau zaman Gusdur dulu engga ada bahwa NKRI dan Pancasila sudah final. Pada 1936 saya katakan tadi. Kemudian dikuatkan lagi, dimantapkan lagi ketika Gusdur jadi Ketua PBNU 1984 di Jawa Timur.

NU menerima asas Pancasila sebagai satu-satunya Kebhinekaan kita. Jadi mimpi untuk untuk mendirikan Negara Islam tertutup rapat. Karena ketika ada peluang sekecil apapun. Memberikan peluang untuk radikalisme. Maka NU mengatakan pada Tahun 1984 pada zaman Kyai Ahmad Sidiq dan Gus Dur mimpi mengubah untuk Indonesia menjadi negara Islam sudah tertutup rapat-rapat.

Bagaimana cara untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan sejak dini?

Kalau secara praktis atau formal pendidikan pancasila P4 dihidupkan. Ini sosialisasi empat pilar tidak mengefek. Saya sudah ngomong coba berikan Pancasila dulu dari SD. Pendidikan P4 dan doktrin-doktrin P4 Dengan semangat nasional. Bukan semangat mempertahankan semangat penguasa. Dulu zaman Pak Soeharto semangatnya untuk mempertahankan penguasa. Kalau ini enggak semangat mempertahankan negara Indonesia.

Saksikan tayangan video Said Aqil Siradj dalam Merawat Persatuan selengkapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.