Sukses

Barometer Pekan Ini: Skandal Papa Minta Saham

Untuk pertama kalinya, seorang Ketua DPR mundur, setelah ada tekanan yang begitu luas dari masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah peristiwa politik bersejarah terjadi di penghujung tahun 2015. Untuk pertama kalinya, seorang Ketua DPR mundur, setelah ada tekanan yang begitu luas dari masyarakat, akibat melakukan pelanggaran etik.

Setya Novanto menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Ketua DPR dalam surat tertulis yang dibacakan Wakil Ketua MKD di sidang Mahkamah Kehormatan Dewan DPR.

Novanto menyebut dirinya mundur untuk menjaga harkat, martabat, kehormatan DPR, dan menciptakan ketenangan di masyarakat.

Sebelum surat pengunduran diri diterima MKD, sidang berlangsung dengan agenda pembacaan pendapat satu per satu anggota. Sebagian berpendapat Ketua DPR bersalah dan meminta agar diberi sanksi sedang.

Namun seperti sebuah drama, orang-orang yang selama ini mendukung Novanto, justru menyakatakan Novanto bersalah dan meminta politisi Partai Golkar itu diberi sanksi berat.

Permintaan itu diduga hanyalah manuver politik pendukung Novanto. Dengan sanksi berat, Novanto justru punya peluang untuk selamat. Sebab dengan sanksi berat, MKD harus membentuk panel yang anggotanya 3 anggota MKD dan 4 orang dari masyarakat.

Putusan panel pun harus disetujui dalam rapat paripurna DPR. Bila diputus bersalah, barulah Setya Novanto diberhentikan dari jabatannya dan dipecat sebagai anggota DPR. Tapi bila tidak, Novanto selamat dari sanksi.

Saksikan selengkapnya dalam tayangan Barometer Pekan Ini yang ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (19/12/2015) di bawah ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.