Sukses

Sontekan Pidato Trump Saat Mengunjungi Korban Penembakan Tersebar di Twitter

Trump berkumpul bersama para survivor penembakan sekolah. Sontekannya tersebar di Twitter, serta pihak keluarga juga emosional.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden AS Donald Trump tepergok membawa sontekan saat berbincang-bincang di Gedung Putih bersama para murid, guru, dan orang tua yang terdampak penembakan di sekolah.

Acara ini diadakan pasca-penembakan massal di SMA Marjory Douglas Stoneman di Florida, AS.

Pada pertemuan yang diadakan Rabu (21/2/2018) waktu setempat, Donald Trump bersama Wakil Presiden Mike Pence dan Menteri Pendidikan Betsy DeVos berkumpul bersama para tamu di Ruang Makan Negara.

"Aku ingin mendengarkan dan setelahnya kami akan mengusahakan menyelesaikan sesuatu," ucap Trump pada pembukaannya sebelum doa bersama dimulai.

Tampak beberapa orangtua dan murid menangis saat menceritakan pengalaman mereka.

Seorang fotografer dari AP mengambil foto Donald Trump memegang sebuah kertas berisi daftar respons kalimat-kalimat yang perlu ia katakan.

Kalimat-kalimat tersebut adalah:

1. Apa yang kau sangat ingin aku ketahui tentang pengalamanmu?

2. Apa yang dapat kami lakukan agar membuatmu merasa aman?

3. Apa kau ... melihat sesuatu ... sesuatu efektif (poin nomor tiga tidak terlihat jelas)

4. Sumber? Ide?

5. Aku mendengarmu.

Meski begitu, Trump tidak memegang kertas tersebut saat sedang berbicara pada tamu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Siswi Meminta Solusi Bersama

Salah seorang siswi SMA Marjory Stoneman bernama Julie mengapresiasi Trump, dan ia dengan suara bergetar meminta agar tidak ada anak, atau orang yang harus melewati situati tragis seperti yang terjadi di sekolahnya.

Siswi lainnya Ariana, berterima kasih dan memuji langkah Trump serta meminta solusi bersama, "Aku junior di Stoneman Douglas. Aku ingin bilang bahwa semua orang saat ini terjebak dalam pendapatnya sendiri, dan tidak mau mendengar pendapat orang lain."

Ariana meminta agar opini berbeda tidak menghalangi jalan menuju solusi demi kepentingan bersama.

"Kami butuh mendengar sudut pandang orang lain, bahwa kamu punya sudut pandang berbeda dan butuh solusi dari orang-orang berbeda ... Kami punya opini berbeda tapi bisa menuju solusi," ucapnya

3 dari 4 halaman

Orangtua Siswi yang Terbunuh Sempat Emosi

Di acara tersebut, hadir pula seorang bapak dari seorang siswi yang tewas karena penembakan.

Sang bapak yang tidak menyebutkan nama dan nama putrinya terang-terangan meluapkan kekesalannya karena kasus penembakan kerap terulang. Menurutnya, putrinya yang tewas ditembak sampai beberapa kali.

"Kita sebagai warga negara telah mengecewakan anak-anak, Ini harusnya tidak terjadi," ungkapnya. Dia juga membandingkan keamanan di bandara yang ketat, tapi keamanan di sekolah malah longgar.

"Kita pergi ke bandara tidak bisa ke pesawat membawa botol, tapi 'binatang' bisa masuk ke sekolah dan menembak anak-anak. Ini tidak benar, kita sebagai warga negara harus bekerja untuk yang terpenting, yakni untuk melindungi anak-anak kita di sekolah. Itulah yang penting sekarang," katanya.

Ia juga membandingkan betapa di tempat-tempat lain terdapat penjagaan keamanan yang mumpuni.

"Kita harus berkumpul sebagai negara, bukan partai, dan mencari cara melindungi sekolah. Caranya sederhana. Tidak sulit. Kita melindungi bandara, konser, stadium, kedutaan, di departemen pendidikan yang kukunjungi hari ini ada penjaga keamanan di elevator," ujarnya.

Ia menambahkan, "Aku sangat marah karena ini kerap terjadi. Peristiwa 911 terjadi sekali dan mereka memperbaiki segalanya. Berapa anak dan sekolah yang perlu ditembaki (sampai situasi diperbaiki)? Tn. Presiden kita akan memperbaikinya, aku akan memperbaikinya, aku tidak akan beristirahat," ujarnya.

Si bapak menaikkan suaranya saat berbicara tentang kuburan anaknya, "Harusnya cukup ada sekali penembakan saja, dan kita harusnya memperbaikinya. Dan aku marah karena putriku tidak akan kulihat lagi. Dia tidak di sini. Dia di King David Cemetery (tempat pemakaman), di sanalah aku melihat anakku sekarang."

Ia pun mencoba menaikkan kesadaran orang-orang yang hadir dengan mengatakan bahwa ia tidak menyangka hal ini terjadi padanya.

"Aku kira ini tidak akan terjadi padaku, bila tahu itu (sekolah) adalah berbahaya, aku akan berada di sekolah terus tiap hari (untuk menjaga anaknya). Kita harus kerja bersama, kerja bersama presiden, dan perbaiki (keamanan) sekolah. Aku ingin semua tahu, aku tidak akan melihat anakku. Putri cantikku takkan pernah terlihat lagi," pungkasnya.

4 dari 4 halaman

Pengamanan Senjata Api

Salah satu saran yang ditawarkan Trump adalah memberikan pengamanan di sekolah dengan menggunakan senjata api.

Trump mengakui idenya kontroversial dan masih akan mempelajarinya dengan ide-ide lagi.

Sebelumnya, Trump sempat dikritik karena menyalahkan penembak pada kesehatan mental, dan tidak sama sekali menyinggung pengendalian senjata api.

Saat kampanye, Trump mendapat donasi dari Asosiasi Senjata Api Nasional (National Rifle Association, NRA) sehingga ia dipandang sulit mengatur peredaran senjata api.

Politikus dari Partai Republika juga kerap mendapatkan donasi dari NRA, akibatnya setiap perdebatan tentang senjata api selalu alot.

(Tom/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.