Sukses

7 Peristiwa Sains Teknologi Paling Heboh Sepanjang 2017

Apa saja peristiwa dan fenomena sains teknologi yang sempat membuat heboh publik sepanjang 2017? Berikut daftarnya.

Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak peristiwa dan penemuan sains teknologi yang mewarnai 2017. Beberapa di antara peristiwa sains teknologi ini bahkan sempat viral dan mencuri perhatian publik. Yang paling banyak diperbincangkan tentu adalah kehadiran negara luar angkasa pertama, Asgardia.

Selain Asgardia, ada juga topik teori Bumi Datar yang sempat menghebohkan dunia maya. Teori ini bahkan sudah memiliki para 'penganut' yang percaya bahwa Bumi itu tidak bulat, melainkan datar dan pipih.

Selain itu, ada beberapa peristiwa dan fenomena sains teknologi lain yang tak kalah bikin heboh. Tekno Liputan6.com mencatat, ada tujuh (7) peristiwa sains teknologi yang tak luput dari perhatian di sepanjang 2017.

Apa saja? Berikut daftarnya sebagaimana kami rangkum dari berbagai sumber.

1. Asgardia, Negara Pertama Luar Angkasa

Asgardia adalah peristiwa sains teknologi yang paling mencuri perhatian di sepanjang 2017. Bagaimana tidak, Asgardia diklaim akan menjadi negara pertama yang akan berdiri di luar angkasa. Negara tersebut pertama kali didirikan oleh ilmuwan asal Rusia bernama Igor Ashurbeyli.

Asgardia memang belum resmi berdiri. Namun, "pemerintah" negara tersebut sudah mengadakan proses seleksi calon penduduk.

Mereka memperkenankan siapa pun--penduduk dari semua negara yang ada di Bumi--mendaftar ke negara antariksa ini. Sampai sekarang, sudah ada lebih dari setengah juta penduduk Bumi yang mendaftar jadi warga Asgardia.

Sejak pendaftaran dibuka, ada 270 ribu penduduk Bumi mendaftarkan diri. Yang cukup menarik, Warga Negara Indonesia (WNI) turut memegang porsi besar dalam pendaftaran Asgardia. Ada 5.978 WNI yang mendaftarkan diri menjadi Asgardian--julukan untuk calon warga negara tersebut.

Asgardia sendiri akan menjadi negara yang mengusung demokrasi. Layaknya negara-negara di Bumi, negara yang akan bertempat di wahana luar angkasa juga akan membentuk pemerintahan demokrasi berdasarkan hukum.

Warga negara Asgardia pun nanti diminta untuk turut andil memberikan suara demi sistem perumusan dasar konstitusi negara tersebut.

Tujuan dibangunnya Asgardia didasari tiga asas utama dari aspek ilmu alam dan teknologi. Pertama, Asgardia didirikan untuk menjamin kehidupan antariksa secara damai. Kedua, Asgardia hadir untuk melindungi Bumi dari ancaman objek luar angkasa, seperti komet, badai matahari, dan masih banyak lagi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

2. Teori Bumi Datar

Teori soal Bumi datar juga meramaikan dunia maya di sepanjang 2017. Bahkan, konferensinya pun benar-benar diadakan. Konferensi tersebut saja digelar di North Carolina, Amerika Serikat. Ajang perdana yang diberi nama Flat Earth International Conference (FEIC) ini diadakan pada 9 dan 10 November 2017.

Dilansir Live Science, ajang ini mengundang sejumlah pembicara yang memang telah lama dikenal sebagai pengikut paham Bumi datar. Salah satunya adalah Darryle Marble yang berupaya membuktikan bumi itu tidak bulat.

Ada pula Mark Sargent, kreator webseries di YouTube yang berjudul Flat Earth Clues. Ia mempercayai bahwa bumi sebenarnya berbentuk kubah besar, seperti yang ditampilkan di film "Truman Show".

Konferensi ini diadakan oleh Kryptoz Media, yang kerap berargumen 'scientism' merupakan agenda yang dibuat untuk menjauhkan manusia dari Tuhan. Pembahasan dalam konferensi ini meliputi, 'NASA dan Kebohongan Luar Angkasa' atau 'Bumi Datar dalam Metode Ilmiah'.

Untuk informasi, pengikut paham Bumi datar mempercayai planet ini tak berbentuk bulat. Mereka berpendapat NASA dan badan ilmiah lain memalsukan foto dunia dari luar angkasa secara digital dan ada persekongkolan yang menyembunyikan kebenaran Bumi datar.

Hingga saat ini, belum dapat diketahui jumlah orang yang mempercayai Bumi datar. Namun Flat Earth Society, organisasi tertua yang menganut paham Bumi datar, mengklaim sudah memiliki 555 anggota.

3 dari 7 halaman

3. Program Rahasia UFO Amerika Serikat

Markas Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), Pentagon, diketahui secara diam-diam telah menjalankan program terbarunya untuk 'memburu' objek ekstraterestrial misterius seperti UFO (Unidentified Flying Objects).

Kabarnya, mereka mengeluarkan dana besar senilai US$ 20 juta atau setara dengan Rp 270 miliar untuk menginvestigasi hal tersebut. Sayang, detail dari program tersebut tidak bisa dikulik lebih lanjut mengingat Pentagon menutup rapat soal informasi ini.

Menurut yang dilansir BBC, cuma segelintir pejabat AS yang tahu akan program tersebut. Dan ternyata, program telah berjalan sejak 2007 hingga 2012. 

Pentagon juga dikabarkan menyimpan sejumlah dokumen yang berisi soal informasi keberadaan pesawat misterius dengan kecepatan super dan juga beberapa penampakan objek misterius di angkasa.

Program rahasia Pentagon ini awalnya digagas oleh senator Partai Demokrat AS, Harry Reid yang sempat menjabat ketua Senat. Pada akhirnya, ia membenarkan program tersebut memang benar-benar ia cetus.

"Saya tidak menyesal bahwa saya yang mencetuskan program ini. Setidaknya saya telah melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain," ujar Reid.

4 dari 7 halaman

4. NASA Temukan 7 Planet Mirip Bumi

Pada Februari 2017, ilmuwan NASA menemukan 'tata surya' baru yang dihuni sejumlah planet asing (exoplanet) diduga mirip dengan Bumi. Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut mencatat, ada sekitar 7 planet dengan karakteristik yang berbeda-beda.

Dilansir laman Futurism, 3 dari 7 planet tersebut berjajaran dalam zona layak dihuni. NASA menyebut zona ini dengan istilah "Goldilocks Zone". Ketiga planet diyakini memiliki laut pada permukaannya dan dapat menjadi sumber kehidupan utama manusia.

NASA masih belum yakin apakah keempat planet lainnya juga memiliki karakteristik yang sama dengan 3 planet yang memiliki lautan tersebut. Saat ini, mereka mencoba meneliti keberadaan tata surya itu di European Southern Observatory.

Michaël Gillon, pimpinan penelitian di NASA menyatakan bahwa tata surya tersebut merupakan tata surya dengan planet mirip Bumi yang paling banyak. Bahkan, ia tidak memungkiri bahwa 3 planet yang memiliki laut itu dapat dihuni manusia.

"Tata surya ini adalah tata surya paling mengesankan yang pernah kami temukan. Bukan karena planetnya banyak, tetapi karena mereka memiliki ukuran dan karakteristik yang sama seperti Bumi," kata Gillon.

Ia juga memaparkan, tata surya baru ini terletak dalam jarak 40 juta tahun cahaya dari tata surya di mana kita berada. Jika dihitung untuk mencapai tata surya tersebut, manusia harus membutuhkan waktu ratusan juta tahun.

Ketujuh planet ini berada di dalam formasi bintang ultracool yang disebut "Trappist-1". Setelah dikaji, planet tersebut terdiri dari massa bermaterial batu, bukan gas seperti Jupiter. Ketiga planet dengan lautan ini pun diberi nama Trappist-1e, f dan g.

5 dari 7 halaman

5. NASA Temukan Tata Surya Baru

Selain menemukan exoplanet, NASA juga menemukan sebuah bintang yang dikelilingi oleh delapan planet belum lama ini. Sistem Tata Surya yang ada di planet baru itu, menariknya mirip dengan Tata Surya kita. Sistem tersebut menjadi sistem planet terbesar di luar Tata Surya kita yang pernah ditemukan, setidaknya hingga saat ini.

Bintang yang menjadi pusat sistem itu adalah Kepler-90, yang sedikit lebih panas dan besar dibanding pusat Tata Surya kita, Matahari. Sebelumnya, para astronom telah mengetahui bahwa Kepler-90 dikelilingi oleh tujuh planet.

"Ini membuat Kepler-90 menjadi bintang pertama yang menjadi induk banyak planet seperti Tata Surya kita," ujar insinyur perangkat lunak di Google, Christopher Shallue, yang juga berkontribusi terhadap penemuan tersebut.

6 dari 7 halaman

6. Cassini Mengakhiri Hidupnya di Saturnus

Cassini, pesawat eksplorasi planet Saturnus milik NASA, akhirnya pensiun pada September 2017. Tim astronom NASA di Bumi, tidak bisa menahan tangis haru sesaat setelah pesawat eksplorasinya terjun dan 'mati' di atmosfer Planet Saturnus.

Beberapa detik sebelum Cassini meledakkan dirinya, ia mengirim data dan sinyal terakhir ke NASA. Berdasarkan informasi yang dilansir CNN, pesawat tersebut menenggelamkan dirinya di bagian atmosfer planet dalam kecepatan cepat.

Proses "Death Dive" terjadi pukul 6.30 pagi waktu Amerika Serikat. Adapun data terakhir diterima oleh tim astronom Deep Space Network di Canberra, Australia satu jam setengah setelah Cassini meledak. Data terakhir Cassini berisikan transkrip terkait komposisi planet.

Menurut penjelasan tim astronom NASA, saat Cassini hendak meledakkan diri, antena pesawat bergerak ke arah Bumi. Hal tersebut dilakukan agar proses pengiriman data berlangsung lancar tanpa hambatan.

Setelah itu, barulah Cassini meledak. Komponennya tersebar ke seluruh penjuru atmosfer. Proses peledakkan dramatis ini, seolah membuat Cassini telah menjadi bagian dari Saturnus.

"Cassini adalah pesawat luar angkasa yang sempurna," ujar Julie Webster, Chief Operations Cassini. "Ia telah melakukan semua tugasnya dengan baik, sesuai dengan yang kita rencanakan" tambahnya.

Cassini sendiri telah mencetak rekor karena belum pernah ada pesawat luar angkasa NASA yang sedekat itu dengan Saturnus. Karena itu, pencapaian ini diklaim harus diapresiasi dunia.

7 dari 7 halaman

7. Peluncuran Roket SpaceX yang Dikira UFO

Peluncuran roket Falcon 9 yang berlangsung pada Sabtu (23/12/2017), menyisakan kisah yang cukup menarik. Pasalnya, cahaya yang dipancarkan dari roket dikabarkan membuat panik banyak orang. Ada sejumlah orang menduga, cahaya yang mereka lihat di langit Los Angeles itu adalah Unidentified Flying Object (UFO) atau alien.

Pantauan Tekno Liputan6.com, cukup banyak cuitan mengenai kejadian tersebut menghiasi lini masa Twitter. CEO SpaceX, Elon Musk, pun sempat berseloroh terkait kehebohan yang ditimbulkan oleh peluncuran roketnya. "Itu memang alien," tulis Musk di akun Twitter miliknya, @elonmusk.

Adapun peluncuran Falcon 9 ini merupakan misi keempat yang diterbangkan SpaceX untuk Iridium. SpaceX meluncurkan Falcon 9 dari komplek peluncuran di Vandenberg Air Force Base di California, Amerika Serikat (AS).

Falcon 9 yang diluncurkan ini sebelumnya diterbangkan untuk misi kedua Iridium pada Juni 2017. Itu artinya, roket ini kembali dan siap digunakan kembali hanya dalam enam bulan.

Iridium merupakan klien untuk misi pertama SpaceX pada Januari 2017. SpaceX pernah mengalami kegagalan saat roket Falcon 9 meledak ketika pengujian di Cape Canaveral pada September 2016. Roket tersebut direncanakan meluncur pada 3 September 2016 dengan misi mengirim satelit pertama Facebook ke orbit.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.