Sukses

Mengenang 3 Penguasa Media Sosial Sebelum Facebook

Sebelum Facebook, setidaknya ada sejumlah jejaring sosial yang pernah sukses pada jamannya, sebelum akhirnya tersingkir.

Liputan6.com, Jakarta - Jika berbicara soal media sosial, nama Facebook dengan serentetan kesuksesannya tak pernah luput dari perhatian. Namun sebelum Facebook, setidaknya ada sejumlah perusahaan yang pernah sukses pada zamannya, sebelum akhirnya tersingkir.

Ada beberapa penyebab yang membuat sejumlah media sosial yang dulunya begitu populer, harus menyerah dan kehilangan para penggunanya. Ketidakstabilan server, kurangnya dukungan finansial merupakan dua dari sejumlah penyebab hancurnya perusahaan tersebut.

Campur tangan pihak luar yang akhirnya mengakuisisi sejumlah media sosial itu juga menjadi penyebab yang menghambat perkembangan. Di luar dari berbagai faktor tersebut, mungkin alasan paling penting mengapa situs web lain tidak bisa bersaing dengan pertumbuhan yang dimiliki Facebook saat ini adalah soal waktu.

Saat ini, internet lebih kuat, lebih cepat dan lebih ramai dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Orang-orang kini bergantung pada koneksi internet untuk berkomunikasi, mendapatkan penghasilan, hiburan dan berbagai hal lainnya. Keadaan seperti ini belum terjadi pada 10 hingga 20 tahun lalu.

Terlepas dari berbagai faktor yang menghambat, ada tiga jejaring sosial yang pernah merajai internet sebelum Facebook berkuasa. Beberapa di antaranya sampai sekarang masih ada, tapi dalam bentuk berbeda dari pertama kali hadir.

1. AOL

AOL Instant Messenger (Foto: Mashable)
Bagi sebagian besar pengguna komputer pada pertengahan 90-an, internet adalah AOL. Mulai dari chat room hingga AOL Instant Messenger (AIM), AOL adalah pusat aktivitas online.

Perusahaan dahulu mengakuisisi salah satu browser desktop populer, Netscape, dan memimpin layanan streaming music dan MP3 serta merajai Web 1.0.

Kemudian pada 2001, AOL mengakuisisi Time Warner. Sayangnya, merger kedua perusahaan menjadi bencana, bahkan disebut sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah bisnis.

Hal tersebut menghambat AOL memperhatikan perkembangan alami dari teknologi, termasuk broadband dan saluran sosial real-time.

Hingga akhirnya pada 23 Juni 2015, AOL diakuisisi oleh Verizon Communication senilai US$ 4,4 miliar. AOL saat ini memiliki merek dagang bernama Oath, sebagai penyedia layanan online dan situs web.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Friendster dan MySpace

2. Friendster

Logo terakhir Friendster (sumber : CNET)
Frienster pernah menjadi salah satu media sosial populer. Layanan ini digunakan oleh para penggunannya untuk saling terhubung, berkomunikais dan berbagi konten online. Beberapa bulan setelah meluncur pada 2002, Friendster berhasil mengantongi lebih dari tiga juta pengguna.

Di puncak popularitasnya pada 2003, Google menawarkan dana US$ 30 juta kepada pendiri Friendster, Jonathan Abrams. Namun ia justru memilih pendanaan dari Kleiner, Perkins, Caufield & Beyers, dan Benchmark Capital. Penolakan tersebut dinilai sebagai salah satu kesalahan terbesar dalam sejarah Silicon Valley.

Friendster hampir tidak bisa memenuhi permintaan dan kesulitan mengatasi laman web. Hingga popularitasnya dikalahkan oleh MySpace pada 2004.

Friendster pada 2011 mengalihkan fokusnya menjadi situs gim sosial. Meski pada akhirnya, Friendster dengan status sebagai situs gim sosial ditutup pada Juni 2015 sampai saat ini.

3. MySpace

MySpace (Foto: Mashable)
Tom Anderson, Chris DeWolf dan beberapa pengguna Friendster lain pada 2003, melihat ada peluang di jejaring sosial tersebut, tapi infrastrukturnya tidak mendukung. Kemudian mereka akhirnya membentuk sebuah tim dan membuat platform baru dengan layanan yang dibutuhkan pengguna internet.

Platform baru yang bernama MySpace itu dengan cepat meraup popularitas. Pada 2006, MySpace dibeli oleh NewsCorp senilai US$ 580 juta dan memiliki 100 juta akun. Puncak popularitasnya pada 2007, ketika dianggap sebagai media sosial terkemuka dengan nilai US$ 12 miliar.

Kejatuhan MySpce dimulai pada 2008, ketika Facebook akhirnya menyusul dan melampaui peringkat Alexa. Di sisi lain, MySpace tengah berjuang dengan penurunan pendapatan iklan, kegagalan berinovasi, dan perkembangan usia pengguna Facebook hingga di bawah 18 tahun. Nasib baik belum juga menghampiri MySpace, hingga akhirnya kehilangan jutaan follower bulanan pada 2009.

MySpace kemudian diakuisisi oleh perusahaan iklan Specific Media dan Justin Timberlake juga menjadi pemegang sahamnya. Kemudian pada 11 Februari 2016, MySpace dan induk usahanya diakusisi oleh perusahaan media multinasional, Time.

Sampai saat ini layanan MySpace masih tetap ada, tapi popularitasnya berada jauh dari Facebook yang kini mendominasi ranah media sosial.

(Din/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.