Sukses

Tanah Beracun, Planet Mars Tak Layak Huni

Peneliti menemukan adanya kandungan racun di planet Mars sehingga kecil kemungkinan bagi manusia untuk tinggal di sana.

Liputan6.com, Jakarta - Rencana kolonisasi manusia ke planet Mars sepertinya bakal sulit terealisasi. Pasalnya, peneliti dari University of Edinburgh, Inggris, menemukan adanya kandungan racun pada tanah di Planet Merah ini.

Temuan ini berdasarkan hasil riset tentang perilaku senyawa kimia tertentu dan reaksinya terhadap kehidupan organik saat radiasi ultraviolet (UV) diaktifkan. Senyawa kimia yang dimaksud adalah perklorat.

Tim peneliti, sebagaimana dikutip dari Tech Times, Sabtu (8/7/2017), melakukan percobaan untuk melihat reaksi perklorat terhadap baterai Bacillus subtilis. Hasilnya, dalam hitungan menit, bakteri tersebut langsung mati oleh perklorat yang diaktifkan lewat sinar UV tinggi.

Sekadar informasi, senyawa ini awalnya ditemukan di tanah Mars lewat sebuah misi bernama Phoenix Lander pada 2008 silam. Tak hanya di Mars, perklorat juga bisa ditemukan di gurun pasir Atacama, Amerika Selatan.

Terlebih, jika perklorat dikombinasikan dengan oksida besi dan hidrogen peroksida, ada peningkatan 10 kali lipat kematian sel bakteri dibandingkan dengan percobaan perklorat saja. Dengan kata lain, ini menandakan bahwa permukaan Mars tidak layak huni seperti perkiraan sebelumnya.

Sebetulnya, bumi sudah terpapar sinar radiasi UV sangat tinggi sejak dulu kala. Hal ini wajar mengingat lapisan ozon yang melindungi bumi dulu sangat terbatas dibandingkan sekarang. Hal ini juga berlaku pada planet Mars sehingga wajar Mars memiliki tingkat radiasi UV yang lebih tinggi pada bagian permukaan.

Dengan catatan, perklorat tidak akan membunuh kehidupan organik selama tak terpapar radiasi UV. Yang menjadi masalah, sinar UV sangat berlimpah di permukaan Mars sehingga membuatnya menjadi seperti senjata mematikan.

Meski demikian, tim periset masih akan melakukan penelitian dan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui efek lain dari perklorat terhadap kehidupan organik lainnya. Lagipula, penelitian ini tidak langsung 

(Cas)

Tonton Video Menarik Berikut Ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.