Sukses

Bos Uber: Aku Hanya Pergi untuk Sementara

CEO Uber Travis Kalanick, melontarkan sepatah dua patah kata sebelum cuti panjangnya dari perusahaan. Apa yang ingin ia sampaikan?

Liputan6.com, San Francisco - Uber tengah terguncang. Suasana perusahaan bisa dibilang sedang kalut. Wajar saja, setelah dirundung isu tak sedap soal kelakukan jajaran eksekutifnya, kini giliran CEO Uber Travis Kalanick memutuskan untuk meninggalkan perusahaan yang ia mulai dari nol tersebut.


Walau demikian, perlu dicatat, Kalanick tidak akan meninggalkan Uber secara permanen. Dewan direksi Uber cuma menyuruhnya untuk cuti dari perusahaan dalam waktu yang belum ditentukan.

Kalanick pun sadar dengan apa yang telah ia lakukan, begitu juga dengan dampak dari tercorengnya citra perusahaan akibat kultur Uber yang terlalu kelewat bebas. Karena itu, ia mengeluarkan pernyataan soal cuti panjangnya dari Uber.

“Aku hanya pergi untuk sementara, aku akan melakukan kontemplasi. Aku ingin mengenang ibuku, aku ingin memperbaiki diriku,” kata Kalanick dalam memo internal terbarunya kepada semua karyawan Uber, sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip via Business Insider, Kamis (15/6/2017).

“Jika Uber ingin berubah jadi ‘Uber 2.0’, pasti aku juga ingin berubah lebih baik jadi Travis 2.0. Aku ingin jadi pemimpin yang pantas bagi perusahaan ini,” ia melanjutkan.

Kalanick juga menekankan, meski ia cuti panjang, tanggung jawabnya tak akan pernah lepas selama ia cuti dari Uber. “Masih banyak yang bisa kita banggakan, tetapi tak sedikit juga yang harus kita perbaiki,” imbuhnya.

Rehatnya Kalanick dari perusahaan penyedia layanan transportasi online ini, sesuai dengan rekomendasi dewan direksi Uber. Pasalnya, tak cuma memercikkan kontroversi dan konflik internal, Kalanick juga dikenal sebagai sosok yang temperamen dan mudah meledak.

“Saya lihat, Kalanick punya kekuatan yang ternyata juga bisa jadi kelemahannya. Ia bisa berlari kencang, ambisius meraih target. Kalau perlu ia menerobos tembok demi mencapai targetnya,” kata investor Mark Cuban.

Pada saat yang bersamaan, Uber akan membenahi kultur perusahaan agar menjadi lebih baik lagi. Dijelaskan Liane Hornsey selaku Chief of Human Resource Uber, perusahaan telah membuat laporan berjumlah 13 halaman dengan penerapan aturan baru.

“Perubahan tidak akan terjadi dalam waktu semalam, hanya saja kami ingin membangun kepercayaan dengan karyawan, penumpang, dan pengemudi kami. Itu prinsip utama Uber,” tutur Hornsey.

Reputasi Uber di negara asalnya sendiri, Amerika Serikat, memang kurang baik. Banyak kabar miring yang beredar, mengungkap seperti apa bobroknya kultur perusahaan.

Sebutlah mulai dari banyak karyawan yang merendahkan karyawan wanita, lolos dari kejaran aparat, insiden pelecehan seksual hingga memecat 20 karyawan, dan masih banyak lagi.

Karena itu, Uber memang harus berbenah diri. Sebagai perusahaan teknologi prestisius di dunia dengan nilai lebih dari US$ 60 miliar, Uber seharusnya bisa lebih baik dan tidak terjungkal hanya karena masalah internal seperti ini.

(Jek/Cas)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.