Sukses

Gim Mampu Atasi Stres Tingkat Tinggi, Benarkah?

Saat bermain game, otak akan merespon secara berbeda terhadap stres dan hambatan.

Liputan6.com, Jakarta - Pada 2009, seorang peneliti teori game sekaligus desainer, Jane Mcgonigal mengalami geger otak dan dokter menyuruhnya untuk istirahat total tanpa harus melakukan apapun, bahkan membaca, menulis, maupun bermain video game (gim).

Mcgonigal kemudian menyimpulkan hal itu sebagai bunuh diri. Daripada merasa tersiksa karena tidak bisa melakukan apa-apa, ia pun mengganti pola pikirnya dan mengubah keadaannya menjadi sebuah permainan. Pengalaman tersebut ditulis dalam bukunya berjudul Super Better.

Sebagaimana dilansir USA Today, Jumat (18/3/2016), MCgonigal menilai saat bermain game otak akan merespon secara berbeda terhadap stres dan hambatan. Seseorang akan lebih mudah mengendalikan perhatiannya dan mengabaikan apa yang dianggap gangguan.

Para pemain game memiliki emosi positif, seperti rasa ingin tahu mengenai pemecahan masalah pada game tersebut. Sehingga mereka merasa berenergi dengan tantangan bukan justru merasa kewalahan.

Untuk menguasai kemampuan tadi, seorang pemain game harus melatihnya secara regular. Tetapi jenis game yang dipilih tidak sembarangan, melainkan harus memiliki tantangan dan memerlukan strategi untuk menyelesaikannya.

Penelitian mengatakan bermain tiga kali selama 20 menit dalam seminggu dapat membantu meningkatkan kemampuan tersebut. Tetapi sebaiknya jangan memilih game yang sama setiap kali Anda bermain.

Dengan demikian tubuh kita tidak akan menderita efek negatif dari melakukan hal di bawah tekanan. Hal yang bisa diimplikasikan dalam kehidupan nyata adalah dengan belajar bagaimana memanfaatkan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari. 

(Shabrina Aulia Rahmah/Cas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini