Sukses

Stephen Hawking dan Elon Musk Tolak Robot Militer

Para pakar teknologi menyatakan bahwa robot militer adalah pemicu "revolusi ketiga industri perang".

Liputan6.com, Jakarta - Fisikawan Stephen Hawking dan bos Tesla Motors Elon Musk, beserta lebih dari 1.000 peneliti di bidang kecerdasan buatan mendesak Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) untuk menolak pengembangan robot militer.

Mereka juga telah membuat surat terbuka yang ditandatangani oleh seluruh partisipan, termasuk Stephen Hawking, Elon Musk, ahli artificial intelligence (AI) dari Google Peter Norvig, direktur Microsoft Eric Horovitz, serta co-founder Apple Steve Wozniak.

Di dalam surat yang dikirimkan kepada PBB, para pakar teknologi tersebut menyatakan bahwa robot militer adalah pemicu "revolusi ketiga industri perang". Yang artinya, pengembangan robot militer sejajar dengan pengembangan senjata api dan bom nuklir.

Sebuah perusahaan teknologi menciptakan serangkaian robot untuk keperluan militer Amerika Serikat yang tampak seperti robot Star Wars.

Mereka bahkan khawatir, di masa depan robot militer bisa menjadi senjata rumahan yang dapat diproduksi secara mandiri oleh siapapun, tak terkecuali warga sipil, mengingat perkembangan dunia teknologi yang tak terbendung.

"Nantinya robot militer tidak saja bisa memicu perang antara negara, tapi juga peperangan massal. Sama seperti ketika berbicara tentang senapan otomatis ciptaan Mikhail Kalashnikov (lebih dikenal dengan senapan AK), digunakan tidak saja untuk perang, karena bisa diproduksi rumahan," ujar Stuart Russell, ahli komputer daru Berkeley University seperti yang dikutip dari laman Tech Insider, Selasa (28/7/2015).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bukan sekedar paranoid

Robot jahat yang telah dibekali kecerdasan buatan seperti di film-film fiksi ilmiah adalah hal yang sangat menakutkan. Ngerinya lagi, hal seperti itu sangat mungkin menjadi nyata di dunia modern seperti sekarang ini.

Saking paranoidnya dengan robot yang dianggap bisa membahayakan eksistensi umat manusia itu, bos Tesla dan SpaceX Elon Musk sampai rela mendonasikan dana sebesar US$ 10 juta kepada lembaga Future Of Life Institute.

Future Of Life Institute sendiri merupakan sebuah lembaga non-profit yang didirikan untuk mencegah berbagai hal yang mengancam keberlangsungan hidup umat manusia, termasuk dari ancaman robot.

Musk bahkan sempat menuduh secara terang-terangan bahwa CEO Google, Larry Page, adalah orang yang paling berpotensi menciptakan robot jahat. "Aku benar-benar khawatir. Dia (Larry Page) bisa membuat sesuatu yang jahat karena kecelakaan (ketidaksengajaan)," kata Musk seperti yang ditulis dalam buku bertajuk Elon Musk: Tesla, SpaceX, and the Quest for a Fantastic Future yang ditulis Ashlee Vance.

Di sepanjang tahun 2013, Google dilaporkan telah membeli setidaknya tujuh perusahaan teknologi yang masing-masing mengkhususkan diri dalam pengembangan teknologi robotika dan sistem otomatis. Salah satu perusahaan yang diakuisisi adalah Boston Dynamics, yang dikenal sebagai perusahaan pembuat robot militer WildCat Cheetah, Atlas, Petman, dan Big Dog.

Dibalik akuisisi sejumlah perusahaan robotika tersebut, Google dirumorkan akan bekerjasama dengan pemerintah Amerika Serikat untuk menyuplai teknologi militer.

Selain Musk, ahli fisika kuantum Profesor Stephen Hawking pada sebuah kesempatan wawancara dengan BBC belum lama ini juga mengungkapkan bahwa artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan memiliki potensi berbahaya bagi keberlangsungan hidup umat manusia.

(dhi/dew)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini