Sukses

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945.

Informasi Umum

  • PengertianProklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di sebuah rumah hibah dari Faradj bin Said bin Awadh Martak di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat. Naskah Proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Mohammad Hatta, yang kemudian ditunjuk sebagai presiden dan wakil presiden berturut-turut sehari setelah proklamasi dibacakan.

Berita Terkini

Lihat Semua
Topik Terkait

Sejarah 17 Agustus 1945

Jepang menyerah pada Sekutu, Selasa 14 Agustus 1945. Sebelumnya, Hiroshima dan Nagasaki dihajar bom atom. Puluhan ribu orang meregang nyawa. Tak ada pilihan lain.

Sehari berselang, Rabu malam, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, kediaman Sukarno, berlangsung perdebatan keras antara sekelompok pemuda dengan tuan rumah mengenai kapan saat tepat menyatakan kemerdekaan setelah Jepang takluk.

Para pemuda mendesak agar sesegera mungkin. Bung Karno terlihat hati-hati. Suasana tegang. Banyak pemuda yang membawa senjata: pisau, golok, bahkan senapan.

Salah seorang pemuda, entah siapa, mengejek Bung Karno,"Barangkali Bung Besar kita takut. Barangkali dia melihat hantu dalam gelap. Barangkali juga dia menunggu-nunggu perintah dari Tenno Heika."

Seorang pemimpin pemuda, Wikana, mendekat. "Revolusi berada di tangan kami sekarang dan kami memerintah Bung. Kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu..." kata Wikana sebagaimana diceritakan dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

"Lalu apa?" kata Sukarno dengan suara keras. Ia bangkit dari kursi, amarahnya naik ke kepala. Ia melanjutkan, "Jangan aku diancam. Jangan aku diperintah. Engkau harus mengerjakan apa yang kuingini. Pantanganku untuk dipaksa menurut kemauanmu."

"Ini kudukku. Boleh potong...ayo! Boleh penggal kepalaku...tapi jangan kira aku bisa dipaksa untuk mengadakan pertumpahan darah yang sia-sia, hanya karena hendak menjalankan sesuatu menurut kemauanmu," teriak Bung Karno seperti dikisahkan kembali dalam otobiografi yang disusunnya bersama penulis AS, Cindy Adams, itu.

Suasana sontak senyap. Para pemuda dirundung perasaan campur-aduk: takut, marah, kaget, juga bingung. Tak ada yang buka suara.

Bung Karno kembali bicara. Kali ini, dengan tenang. "Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaaan ini untuk dijalankan tanggal 17."

"Mengapa justru diambil tanggal 17? Mengapa tidak sekarang saja atau tanggal 16?" tanya Sukarni, salah seorang tokoh pemuda yang lain.

"Saya seorang yang percaya pada mistik....Angka 17 adalah angka keramat, 17 adalah angka suci....Al Quran diturunkan tanggal 17. Orang Islam sembahyang 17 rakaat dalam sehari. Mengapa Nabi memerintahkan 17 rakaat, mengapa tidak 10 atau 20 saja? Oleh karena kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia," ujar Bung Karno.

Ia melanjutkan, "Pada waktu saya mendengar berita penyerahan Jepang, saya berpikir bahwa kita harus segera memproklamirkan kemerdekaan. Kemudian saya menyadari, adalah Kemauan Tuhan bahwa peristiwa ini akan jatuh di hari-Nya yang keramat. Proklamasi akan diumumkan tanggal 17. Revolusi menyusul setelah itu."

Pertemuan selesai. Para pemuda meninggalkan rumah tersebut. Pada Kamis 16 Agustus dinihari, mereka kembali datang. Terjadilah "Peristiwa Rengasdengklok" yang masyhur itu.

5 Lomba HUT RI Super Unik

Setiap tahunnya, Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan tepat pada 17 Agustus. Masyarakat Indonesia, merayakan hari bersejarah ini dengan penuh sukacita.

Untuk memeriahkannya, masyarakat kerap bergotong royong membuat ornamen serba merah putih yang menjadi lambang Indonesia. Mulai dari membangun gapura hingga bendera merah putih yang berada di sepanjang jalan.

Selain itu, tepat pada tanggal 17 Agustus, masyarakat memeriahkannya dengan berbagai kegiatan, seperti upacara bendera hingga perlombaan tradisional yang digelar di berbagai daerah.

Berbagai perlombaan umum yang identik dengan Hari Kemerdekaan adalah lomba balap karung, lomba makan kerupuk, panjat pinang, lomba jalan pakai bakiak, dan lomba seru lainnya.

Selain perlombaan yang umum, berbagai daerah di Indonesia juga memiliki kegiatan yang unik untuk merayakan Hari Kemerdekaan. Mulai dari lomba pacuan kuda, lomba dayung, lomba sampan, sampai lomba obor estafet.

Berikut perlombaan yang unik dan menarik di berbagai daerah untuk merayakan HUT RI.

1. Pacuan Kuda Gayo

Kegiatan pacuan tradisional gayo dilakukan untuk ikut memperingati HUT RI. Perlombaan pacuan kuda ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda yang dilakukan setelah panen hasil pertanian.

Uniknya, perlombaan pacuan kuda ini diikuti joki cilik yang umumnya masih duduk di bangku SMP atau berusia 12 tahun-20 tahun. Saat menunggang kuda, joki-joki tersebut tak mengenakan pelana dan kuda yang digunakan merupakan hasil persilangan kuda Australia dan kuda Gayo.

2. Sampan Layar

Sampan layar menjadi salah satu perlombaan yang diadakan di Batam untuk merayakan Hari Kemerdakaan Indonesia. Perlombaan sampan layar sudah digelar sejak tahun 1959 dan masih dilakukan hingga saat ini.

Dilakukan di laut, perlombaan ini kerap mengundang penonton untuk menyaksikan keseeruannya. Biasanya, penonton memadati daerah sekeliling tepi laut hingga pelataran pelabuhan di daerah Belakang Padang, Batam.

3. Lomba Dayung

Lomba dayung di Banjarmasin kerap diadakan sejak tahun 1924 hingga kini saat Hari Kemerdekaan. Diadakan rutin setiap tahunnya di Sungai Martapura, lomba dayung selalu mengundang perhatian warga sebagai sarana hiburan.

Umumnya, lomba dayung diikuti oleh puluhan tim yang terdiri atas 15 peserta dari kalangan umum dan 14 peserta dari kalangan pelajar.

4. Festival Telok Abang

Festival Telok Abang merupakan festival turun temurun yang diadakan setiap tahun sebagai bentuk merayakan Hari Kemerdekaan. Makna dari nama festival ini sendiri adalah "telok" berarti telur dan "abang" yang berarti warna merah.

Masyarakat merebus telur ayam atau telur bebek dengan pewarna makanan merah kemudian ditancapkan di atas perahu, pesawat hias, dan mobil sehingga menarik perhatian anak-anak.

Selain itu, mainan pesawat dan perahu yang terbuat dari gabus dan kertas warna ini melambangkan transportasi yang digunakan penjajah pada zaman kolonial dulu.

5. Lomba Estafet Obor

Perlombaan yang dilakukan pada malam hari ini telah menjadi tradisi di Semarang, Jawa Tengah sejak puluhan tahun lalu. Perlombaan ini mengharuskan para peserta lomba membawa obor yang menyala dan secara estafet diulurkan kepada temannya mengitari jalur yang telah ditentukan hingga mencapai garis finish.

Filosofi dari lomba estafet obor sendiri adalah sebagai simbol semangat para pahlawan yang berapi-api saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Sejarah Panjat Pinang yang Menjadi Lomba Khas 17-an

Hari Kemerdekaan Republik Indonesia memang diperingati setiap 17 Agustus tiap tahunnya. Betapa bahagianya seluruh rakyat Tanah Air yang masih dapat menikmati pesta kemerdekaan tahun ini.

Berbagai perlombaan selalu digelar setiap tahunnya. Pesertanya pun makin bervariasi, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Salah satu lomba yang paling ditunggu adalah lomba panjat pinang. Seakan tak pernah ketinggalan, lomba panjat pinang selalu ada meramaikan setiap perlombaan 17-an.

Pernahkah berfikir kenapa lomba panjat pinang selalu diadakan setiap hari kemerdekaan saja?

Menurut sejarah, panjat pinang dahulu diadakan oleh orang Belanda yang menduduki Indonesia. Mereka mengadakan panjat pinang bukan di hari kemerdekaan Indonesia, tapi di pesta pernikahan kalangannya.

Orang Indonesia lah yang disuruh untuk memanjat pohon pinang dan mengambil hadiah berupa bumbu dapur dan peralatan dapur. Orang Belanda suka dengan panjat pinang ini karena senang melihat orang Indonesia yang berebut memanjat hingga jatuh bangun.

Upacara Peringatan HUT ke-76 RI Digelar Minimalis dan Prokes Ketat

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno menyatakan, upacara kenegaraan 17 Agustus 2021 di Istana Negara digelar secara terbatas seperti 2020. Ia menyebut upacara peringatan HUT ke-76 RI harus dilakukan secara minimalis dengan protokol kesehatan ketat lantaran masih adanya pandemi Covid-19.

"Tahun lalu kita berharap tahun ini sudah bisa luring, tapi kenyataannya pandemi masih berlanjut. Sehingga kami pemerintah masih menjalankan upacara digelar secara minimalis juga, sesuai dengan prokes kesehatan yang ketat," kata Pratikno lewat akun Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (30/7/2021).

Meski secara minimalis, Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) menurut dia, tetap disiapkan dalam upacara HUT ke-76 RI, dengan formasi lengkap.

"Kita tetap jaga Paskibraka disipkan dengan formasi lengkap yaitu 17, 8, 45 kita jalankan itu. Tentu saja dengan prokes yang ketat, dengan jarak anggota pasukan diperlebar, demikian dengan TNI-Polri akan dijaga dengan ketat," ujar dia.

Selain itu, Pratikno menyebut, masyarakat tetap bisa berpartisipasi secara daring dalam peringatan HUT ke-76 RI. Nantinya, akan ada perayaan bulan kemerdekaan yang dilakukan secara daring di rumah digital Indonesia.

"Tetapi keramaiannya di dunia virtual, di arena digital itu, bagaimana kegiatan yang secara luring itu bisa dilakukan secara daring. Bahkan bisa meramaikan secara daring berpartisipasi secara daring itu yang kita akan selenggarakan juga bagaimana bulan kemerdekaan di dunia virtual," kata Pratikno.