Sukses

Semasa kecil, Didik Nini Thowok Buang Air Besar di Kali

Meski namanya sudah dikenal hingga manca negara, Didik Nini Thowok tak melupakan masa lalunya. Ia dibesarkan dalam kondisi yang memprihatinkan.

Didik Nini Thowok bukan termasuk orang yang lupa dari mana ia berasal. Ketika menggapai sukses, Didik masih serig mengunjungi tanah kelahirannya di Temanggung, Jawa Tengah. Di kota kecil itu, Didik sering bernostalgia tentang kehidupan di masa kecilnya. Ia mendatangi sekolah, rumah, sampai kali tempatnya sering buang hajat. "Waktu itu belum ada WC. Jadi saya buang air di sini bareng teman-teman. Biasanya habis maghrib, tunggu gelap. Kalau siang kan malu, ramai orang," celetuk Didik.

Tim liputan6.com, belum lama ini mengunjungi kediaman Didik di Godean, Yogyakarta. Omong-omong tentang kali tempatnya buang hajat, Didik punya cerita lucu. "Kalau di kali yang ditakutkan ular. Saya ingat waktu itu sama saudara saya berdua, di kali yang dangkal. Saya jongkok, sampai (maaf) pantat tercelup air. Soalnya kalau enggak gitu, nanti kelihatan orang kan malu," celetuknya.

Nah, lagi asyik-asyik buang hajat, tiba-tiba ular kecil melintas. "Ular itu nyangkut di kaki saudara saya. dia enggak berani bergerak, ularnya sampai melingkar," kenang Didik. Pernah juga, Didik yang kebelet buang air dan mencari batu besar agar tak kelihatan orang saat menuntaskan hajat.

"Pernah waktu pulang sekolah kebelet saya cari batu besar biar bisa ngumpet, tiba-tiba banjir. di hulu gelap sekali, air berubah cokelat. kalau enggak lari ya bisa hanyut, jadi hajatnya saya tinggalin, baru separuh,hehe," ceplosnya.

Bukan hanya mengulang masa lalu, Didik punya alasan mengapa ia rajin mengunjungi Temanggung. "Salah satunya adalah bahwa saya selalu ingat masa lalu saya. di rumah Temanggung ada kamar-kamar yang saya tempati dulu, bangunan lama yang sengaja dibiarkan seperti itu.

Tujuan saya untuk mengingatkan kalau saya berasal dari rakyat jelata, itu kendali buat saya agar tidak selalu melihat ke atas terus. Orang boleh bermimpi apapun, tapi ketika gagal, bagaimana kita bisa menyiasati diri kita agar jangan sampai mengkambinghitamkan orang lain ataupun keadaan. saya masih belajar untuk itu," Didi menjelaskan.

Temanggung di mata Didik kini sudah jauh berubah. Udaranya tidak sedingin dulu. "Sudah banyak bangunan dan orangnya ramai banget. kalau dulu, jam enam pagi saya berangkat sekolah masih kedinginan, sekarang sudah tidak begitu," kenang Didik yang semasa kecil harus berjalan kaki selama satu jam untuk mencapai sekolahnya. "Waktu itu, jarak segitu masih terbilang dekat. Ada teman yang dari desa, jalan kaki dua jam baru sampai lho," pungkasnya.(ROM)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.