Sukses

Salah Satu Bahasa Daerah di NTT Sekarat, Penuturnya Tinggal 2 Orang

Beberapa bahasa daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam punah. Hal ini dikarenakan penurunan penutur.

Liputan6.com, Kupang- Beberapa bahasa daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam punah. Hal ini dikarenakan penurunan penutur. Salah satu bahasa daerah yang terancam punah yakni, bahasa Beilel. Bahasa daerah Kabupaten Alor ini dinyatakan hampir punah karena saat ini hanya tersisa satu sampai dua orang penutur.

"Kalau sudah krisis penutur bahasa itu bisa saja punah," ujar Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT Valentina Lovina Tanate kepada Liputan6.com, Minggu (18/3/2018)

Perkembangan bahasa daerah yang cukup mengkhawatirkan di provinsi kepulauan ini mengundang simpati banyak pihak. Salah satunya Paulina Maria Yovita Kosat.

Perempuan asal Sumba ini telah menyelesaikan sekolah Strata 2 di Universitas Marwadewa, Bali. Sebelum ke Bali untuk mengambil kuliah jurusan Linguistik, perempuan 26 tahun ini menyelesaikan pendidikan Strata 1 di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang.

"Saya takut 20 tahun lagi bahasa daerah di Sumba akan punah," kata Jovin.

Dia mengatakan, dari hasil penelitiannya tentang ‘Khazana Leksikon Pendirian Rumah Adat Guyub Tutur Bahasa Kodi Kabupaten Sumba Barat Daya Perspektif Ekolinguistik’, dari 100 koresponden, 70 persen anak-anak Sumba Barat Daya tidak mengetahui leksikon bahan pendirian rumah adat dalam bahasa Kodi.

“Itulah yang mendorong saya mendirikan komunitas Uma Kalada ini," ujar Jovin,

Jovin mengaku prihatin melihat pola belajar anak-anak sekarang. Mereka, menurutnya, lebih mementingkan bermain ketimbang belajar. Arus modernisasi yang pesat, anak-anak hampir lupa menggunakan bahasa daerah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dirikan Taman Baca

Dari hasil penelitiannya, pada awal 2018, Jovin mendirikan sebuah Taman Baca bernama Uma Kalada. Selain belajar bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, di taman baca ini, anak-anak diajarkan juga bahasa daerah.

"Untuk sementara, taman baca ini masih menggunakan kompleks SMP Negeri 1 Waikabubak sebagai lokasi belajar," katanya. Inspirasi awal pendiriaan taman baca berawal dari keprihatinannya terhadap generasi muda yang terjebak arus modernisasi tanpa diimbangi dengan peningkatan belajar dan pendidikan karakter.

"Progresnya luar biasa. Dari pertama berdiri 24 orang saja. Sekarang sudah 85 orang," jelasnya.

Di taman baca ini, jelasnya, anak-anak diajarkan banyak hal, ada pendidikan karakter, pembelajaran bahasa Inggris, bahasa Indonesia dan Sastra, menulis kreatif dalam bahasa daerah hingga pendidikan agama. Taman Baca Uma Kalada ini didirikan dengan maksud untuk mewadahi anak-anak di sekitar tempat tinggal dengan penuh rasa sayang, cinta dan keharmonisan.

"Ada anggota komunitas yang memang tidak mengenyam bangku pendidikan dasar," tutupnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.