Sukses

Suatu Pagi Mencari Keberadaan Suku Laut yang Hilang

Saat ini Suku Laut sangat sulit ditemui. Keberadaannya pelan-pelan mulai terlupakan. Kalaupun ada, mereka jarang bisa dikenali.

Liputan6.com, Batam - Suku Laut atau Orang Sampan adalah satu dari suku etnis Melayu. Selama ratusan tahun, mereka tinggal dan berada di kepulauan Riau termasuk Pulau Batam.

Tetapi, saat ini Suku Laut sangat sulit ditemui. Keberadaannya pelan-pelan mulai terlupakan. Kalaupun ada, mereka jarang bisa dikenali.

Dahulunya, mereka hanya hidup di laut. Berpindah dari pulau ke pulau hingga muara sungai. Masa hidup mereka, sepenuhnya dihabiskan di dalam perahu yang dalam bahasa Melayu disebut kajang.

Banyak yang menduga, Suku Laut kini telah menetap di darat. Mereka menetap di Pulau Ngenang, salah satu pulau kecil di Batam.

Sekretaris Lurah Ngenang, Raja Arifin mengatakan, kebanyakan Suku Laut sudah menetap. Mereka membaur dengan masyarakat nelayan pada umumnya.

"Mereka  ini tinggal di pinggir  laut. Membaur dengan masyarakat biasa. Anak-anaknya juga sudah banyak yang sekolah," ujar Arifin.

Arifin sudah tak bisa mengenali, yang mana Suku Laut yang mana yang nelayan biasa. Terlebih, seiring perkembangan zaman dan pembangunan Batam yang kian pesat. "Suku Laut sudah termarginalkan," tuturnya.

Arifin mengatakan, selain di Pulau Ngenang, para Suku Laut ada yang tinggal di kawasan Pulau Rempang Galang dan pulau lainya di Batam.

Ia berharap suku asli penghuni Batam dan Provinsi Kepri tetap terlestarikan. Menurutnya, apa yang diajarkan para leluhur Suku Laut merupakan aset kekayaan budaya Nusantara.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengakuan Suku Laut

Samidah (52) warga Pulau Ngenang yang mengaku keturunan Suku Laut mengatakan, nenek moyangnya telah lama hilang. Kebiasaan-kebiasaan yang diajarkan para pendahulu Suku Laut juga mulai ditinggalkan.

"Saat ini kami dah diam di darat dan tak diam di perahu  lagi," kata Sumidah, sarat dengan aksen melayunya.

Ia bercerita, dahulu kala, perahu merupakan rumah bagi Suku Laut. Sehari-harinya, segala aktivitas Suku Laut dilakukan di atas perahu.

"Perahu tidak hanya sebagai tempat berteduh, kita makan, minum, bercinta, bahkan melahirkan juga di atas perahu," kisahnya.

Suku Laut  hanya mengantungkan hidupnya  dari hasil laut. Bermodal tombak dan jala, Suku Laut dapat menangkap banyak ikan.

"Tangkapan  yang kami dapat  terkadang kami tukar sama orang-orang di darat untuk kebutuhan lain," kenangnya. 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.