Sukses

Balada Anin-Afif, Tak Bisa Daftar UN Dapat Kado Puisi Solidaritas

Anin dan Afif tetap mendaftar Ujian Nasional di SMA Negeri 1 Semarang, sayang mereka berdua tak mendapat kejelasan nasib. Namun, mereka mendapat kado puisi dari teman-temannya.

Liputan6.com, Semarang - Tepat pada awal bulan ini, Anindya Helga yang dikeluarkan sepihak dari SMA Negeri 1 Semarang mendaftar ujian nasional. Ia datang ke SMAN 1 Semarang, Jawa Tengah, dengan mengendarai sepeda motor.

Tiba di sekolah, teman-teman Anin kelihatan bergembira bisa bertemu Anin. Bahkan, banyak yang meledek dan mengajaknya bercanda.

"Pada bilang, wah sekarang jadi artis," ucap Anin, Kamis, 1 Maret 2018.

Kegembiraan itu sebagaimana kesedihan, biasanya akan menular. Lantaran itulah, kawan-kawan sekolah Anin mencoba menularkan kegembiraan pada Anin. Hanya saja, ketidakjelasan nasibnya membuat wajah Anin tetap datar.

"Aku di kelas cuma 20 menit. Terus dipanggil BK (guru bimbingan konseling) dan ngobrol di depan kelas 15 menit," katanya.

Anin dipanggil guru BK dan diajak ke ruang Wakil Kepala Sekolah. Ternyata sudah ada Afif. Rupanya Wakil Kepala Sekolah tak menghendaki mereka berembuk bareng, sehingga Anin dipindah ke ruang BK.

"Muter-muter ke ruang-ruang lain. Sepanjang jalan-jalan itu saya dimotivasi," kata Anin.

Baru kemudian Anin diajak bertemu orang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Di situlah Anin mulai merasa jelas apa maksud dia dibawa berkeliling.

"Mereka langsung menyodorkan pilihan, saya mau ke sekolah mana. Dan orang Dinas memberi nomor handphone, Pak Sugeng Alal namanya," kata Anin kepada Liputan6.com.

Alal memberikan nomor handphone agar ketika Anin sudah memiliki pilihan bisa langsung menghubungi dan difasilitasi. Kali ini ada tawaran lain, Anin ditawari masuk ke SMA Negeri 2 Semarang.

"Tapi saya tetap tidak mau pindah," ujar Anin.

Anin mengaku, untuk mendinginkan hatinya ia berwudu dan salat Duha. Cukup lama ia berzikir seusai salat. Sampai tak sadar sudah ada Teguh Prasetyo, guru BK yang menunggunya untuk mengajak ngobrol dengan Anin.

"Dia bilang, katanya saya sudah berkenan untuk pindah. Saya kaget, karena saya dan keluarga tidak pernah mengiyakan," kata Anin.

Usai mengobrol itulah Anin diajak ke ruang Wakil Kepala Sekolah. Dia sudah ditunggu para wakil kepala sekolah dan guru-guru. Sampai di sini harapan Anin membuncah.

"Tapi muter-muter, dan para waka juga guru mengulur-ulur waktu. Maksudku kalau tidak ada kepastian saya mau pulang," tutur Anin.

Bagaimana dengan pendaftarannya mengikuti Ujian Nasional?

Anin mengaku sudah mencoba mendaftar ke SMA Negeri 1 Semarang. Ia menerima penjelasan yang bertolak belakang dengan penjelasan dari Dinas Pendidikan.

"Saya tanya ke sekolah, katanya yang berwenang menentukan nasib saya di Ujian Nasional itu Dinas Pendidikan. Tapi, ketika saya tanya ke Dinas Pendidikan, mereka menjawab bahwa sekolah yang memiliki wewenang itu," kata Anin.

Anin merasa dipingpong. Ia tak mendapat kejelasan. Padahal, Kamis, 1 Maret 2018, adalah hari terakhir pendaftaran UN. Kedatangannya sejak pagi sia-sia.

"Semua mengulur waktu. Padahal ini hari terakhir pendaftaran. Saya pengin marah. Tapi, saya tidak diajari jadi pemarah. Lebih baik jadi peramah," kata Anin.

Anin pamit. Bukan putus asa. Hanya untuk mencegah marah saja. Hingga ia mengaku harus menjemput adiknya. Anin keluar dari SMA Negeri 1 Semarang.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Puisi untuk Anin-Afif

Hal serupa menimpa Mochammad Afif Asror. Ia dipaksa mengundurkan diri dan pindah ke SMAN 13 Semarang. Afif tidak mau. Akhirnya keluarganya juga didesak.

"Ada yang bilang kasus ini bisa dibawa ke polisi. Saya dan keluarga akhirnya menawar kalau dipindah, saya hanya mau ke SMA 6, bukan SMA 13," kata Afif.

Melihat Afif lebih kompromis, SMA Negeri 1 Semarang bersama Dinas Pendidikan Jawa Tengah berjanji mengupayakan. Meski demikian, menurut pihak SMA Negeri 1, namanya sudah terlanjur terdaftar di SMAN 13 Semarang.

"Tapi tidak tahulah mana yang benar. Penjelasan dari sekolah dan dinas banyak yang berbeda," kata Afif.

Inilah lembar puisi Solidaritas yang ditempel di dinding sekolah dan segera dilepas guru BK. (foto: Liputan6.com / edhie prayitno ige)

Kedatangan Afif dan Anin untuk mendaftar ujian membuat teman-temannya menyambut gembira. Bahkan, ada yang kemudian membuat grafis puisi dengan latar belakang foto Kepala Sekolah lama, Kastri. Setelah dicetak, puisi itu ditempel di beberapa dinding sudut sekolah. Namun tak berapa lama langsung dicopot guru.

Bu kami rindu / Kata Dilan, rindu itu berat, tapi kami benar-benar rindu// Rindu dengan suasana yang dulu / zaman di mana kami berjaya / berdiri teguh pada pendirian dan selalu menampakkan solidaritasnya tatkala seekor gagak datang //

Kami merasakan perbedaan mungkin baik atau buruk / Tapi entahlah, semoga semua itu fiktif belaka // Namun kejadian ini bukan fiktif / hanya saja sebuah fakta yang direkayasa telah mengubah semua yang ada / semua rakyat pun terheran-heran // Kami sekarang hanya bisa pasrah / tak tahu harus bagaimana / begini salah begitu salah // Ya sudahlah / semoga lekas sembuh pikirannya // Wallahua'lam//.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.