Sukses

Solo Surga Kuliner Anjing, Ribuan Ekor Dibantai Setiap Hari

Solo - Di Indonesia yang masyarakatnya mayoritas muslim, tentu kurang familiar dengan makanan berbahan dasar daging anjing. Itu karena hewan ini haram hukumnya untuk dikonsumsi.

Namun di Kota Solo, kuliner olahan daging anjing justru mudah ditemui. Biasanya makanan mamalia berkaki empat ini dijual di warung-warung tenda kaki lima di jalan-jalan besar Kota Solo.

Hasil pengamatan Komunitas Sahabat Anjing Surakarta, komunitas peduli anjing mencatat ada 100 warung kuliner anjing di Kota Solo. Satu warung bisa menyembelih 12 ekor anjing per hari, tergantung laris tidaknya warung tersebut. Diperkirakan ada sekitar 1.200 anjing yang dibantai untuk dijadikan bahan olahan kuliner.

"Kami (Sahabat Anjing Surakarta) berjuang sejak 2012. Tetapi kami tidak langsung terjun ke lapangan. Kami mengamati dahulu, apa yang terjadi di Kota Solo dan apa yang harus kami lakukan di sini. Akhirnya kami memberi nama Sahabat Anjing Surakarta pada Agustus 2016," kata Ketua Sahabat Anjing Surakarta, Mustika Chendra Purnomo, yang sering disapa Meme kepada Solopos.com, Kamis, 1 Februari 2018.

Maraknya perdagangan daging anjing untuk dikonsumsi ini membuat para pencinta satwa, khususnya anjing menjadi gemas. Para aktivis itu menilai daging anjing tak wajar untuk dikonsumsi. Pasalnya, anjing bukan termasuk hewan ternak.

"Saya dulu saat jalan-jalan sama anjing saya, bertemu dengan salah satu pedagang (daging anjing) yang sedang jalan-jalan juga dengan anjingnya. Saat itu saya bertanya, dan dijawab satu hari itu sampai 50 ekor anjing yang dibunuh. Entah itu dibagi hanya satu warung atau dengan cabangnya. Saya tidak tanya lebih lanjut karena takut dia mencurigai saya," ujar salah satu anggota Sahabat Anjing Surakarta, Corry.

 

Baca berita menarik lainnya dari Solopos.com di sini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pasokan Daging Anjing

Anjing-anjing yang dijadikan bahan kuliner gukguk di Solo ini dipasok dari luar Solo dengan harga Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu per ekor. Warung-warung tenda kaki lima yang menawarkan olahan daging anjing biasanya melabeli warung mereka dengan istilah sate jamu.

Tuti (41) salah satu pemilik warung rica-rica daging anjing ini, menyebut anjing di warungnya dipasok dari luar Solo, sebagian besar dari wilayah Jawa Barat seperti Pangandaran, Ciamis, Garut, dan lain-lain.

Tuti mengaku dalam sehari menyembelih empat ekor anjing berbobot sekitar 13 kg. Jadi dalam sehari, warung itu menyembelih 50 kg anjing hidup, tetapi setelah disembelih dan dipotong-potong menyusut menjadi 45 kg.

Sekitar 100 warung kuliner daging anjing bertebaran di Kota Solo. Catatan Komunitas Sahabat Anjing Surakarta, ada tujuh lokasi penjagalan anjing di Kota Solo.

Lokasinya di Solo bagian utara. Di sana ada tujuh tempat penjagalan antara lain di Gilingan, Bonoloyo, dan kawasan Palang Joglo.

Tempat-tempat ini dalam sehari bisa menyembelih 23 ekor anjing. Tetapi, masih banyak tempat penjagalan kecil-kecilan yang hanya menyembelih dua hingga tiga ekor anjing.

Tempat penjagalan tersebut, dilihat dari luar seperti rumah pada umumnya.

 

3 dari 3 halaman

Menu OIahan Daging Anjing

Meski tak lazim, peminat makanan berbahan daging anjing ini cukup banyak. Warung-warung kuliner anjing di Solo ini pun memberikan berbagai menu olahan, seperti satai jamu, rica-rica, dan tongseng.

Beberapa tahun lalu, warung satai jamu tidak menunjukkan gambar anjing. Namun kini, warung tersebut wajib memasang gambar anjing agar orang tak salah membeli.

Terkadang, orang tak tahu satai jamu itu berbahan daging anjing, dikiranya dari daging kambing seperti biasanya. Maraknya warung satai jamu maupun rica-cica anjing disebabkan permintaan juga tinggi.

Setiap tahun warung bertambah. Malah di zaman digital ini, masakan daging anjing dijual secara online. Ada warung yang melayani order melalui ojek berbasis aplikasi online.

Harganya pun tidak mahal, hanya sekitar Rp 19 ribu-25 ribu atau ada juga warung yang mematok harga Rp 13 ribu-Rp 20 ribu.

"Ini saya naikkan harganya. Awalnya, paket rica Rp 18 ribu (setiap porsi) naik menjadi Rp 19 ribu. Tongseng dan daging goreng awalnya Rp 23 ribu sekarang naik menjadi Rp 24 ribu. Karena satu bulanan ini harga bahan pokok naik. Jadi harga makanan juga ikut naik. Ya pokoknya mengikuti harga pasaran," ujar Tuti, salah satu pemilik warung.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.