Sukses

Bahaya Menyimpan Jamu dalam Botol Plastik

Sekitar 40 persen pedagang jamu gendong di Pekanbaru masih menggunakan botol plastik. Padahal, ada bahaya mengintai.

Liputan6.com, Pekanbaru - Masih ada 40 persen pedagang jamu gendong di Provinsi Riau yang menggunakan botol plastik sebagai wadah produk. Hal itu dinilai tidak higienis dan sehat dalam pengelolaan hingga proses penjualan.

"40 persen pedagang jamu menggunakan botol plastik ini tidak higenis dan menyalahi kesehatan, " kata Penanggungjawab program Gerakan Nasional Bugar Dengan Jamu (Gernas Bude Jamu) di Provinsi Riau, Umi Iyet, dilansir Antara, di Pekanbaru, Rabu, 21 Februari 2018, dilansir Antara.

Umi Iyet menjelaskan sejauh ini masih banyak pedagang jamu yang belum menyajikan dagangan higenis ini karena ketidaktahuan pengolahan bahkan hingga kesengajaan.

Ia mencontohkan masih ada yang menggunakan bahan bubuk jamu, pengawet, pewarna, di samping penggunaan botol plastik dan sebagainya.

Padahal sesuai aturan, jamu gendong itu harus terbuat dari bahan ramuan yang segar alami, bukan yang sudah diawetkan, atau bahkan dari tepung bumbu yang sudah jadi.

Karena itu, kata dia, secara bertahap pihaknya sudah melakukan pelatihan dan penggantian botol jamu pedagang dari plastik menjadi botol kaca. "Kita masih terkendala dana untuk pelatihan dan penggantian botol jamu gendong dari plastik ke kaca," katanya.

Menurut dia, alasan harus botol kaca adalah karena jamu adalah ramuan yang diseduh. Jika ditaruh pada wadah plastik, akan meninggalkan noda dan sisa. Seiring waktu, sisa jamu akan menumpuk hingga menyebabkan bakteri.

Sementara, botol kaca lebih mudah dibersihkan dan tidak meninggalkan noda saat digunakan. Dengan begitu, tingkat kehigienisannya lebih terjamin.

"Namanya plastik terbuat dari formalin. Formalin kena panas akan larut dan terminum manusia," ujarnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Fungsi Jamu

Ia menambahkan semua upaya tersebut sudah dilakukan lewat program Gernas Bude Jamu dicanangkan pemerintah pusat sejak 2015 di seluruh wilayah di Indonesia.

Tujuannya adalah untuk membudayakan minum jamu di kalangan masyarakat sebagai obat pencegah dan penambah imun bagi tubuh. Tentunya, jamu yang disajikan harus higenis dan sesuai pola sehat, mulai dari wadah, pengolahan, bahan, hingga pemyajiannnya.

"Diharapkan gernas bude jamu bisa diaplikasikan di seluruh wilayah pada 2019 dilakukan evaluasi," tutur Umi Iyet.

Menurut Umi Iyet dengan program ini harapannya masyarakat tidak menunggu sakit baru minum jamu. "Karena jamu bukan obat, tetapi mengurangi rasa sakit," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini