Sukses

Anggota Geng Motor Mencium Kaki Ibunya

Kombes Pol Abiyoso Seno Aji menyatakan bahwa jika masyarakat menemukan gerombolan seperti mereka dan meresahkan, diizinkan untuk dihakimi.

Liputan6.com, Semarang Geng motor Camp TT 136 memang sudah dibubarkan ketuanya, Johan, setelah mereka ditangkap polisi. Melihat senjata tajam yang dipamerkan, anak-anak belia usia 13-17 tahun ini sangat berbahaya.

Salah satu anggota geng motor ini, G juga mengaku telah ikut mengeroyok dan menganiaya seorang pemuda menggunakan celurit dan membuat korban mengalami luka di dada dan telunjuk tangan kanannya putus. Camp TT punya anggota sekitar 30 orang.

Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Abiyoso Seno Aji menyatakan bahwa jika masyarakat menemukan gerombolan seperti mereka dan meresahkan, diizinkan untuk dihakimi sendiri.

"Saya halalkan jika menemukan dan dihakimi massa. Saya tidak lihat usianya, saya lihat  perilakunya. Meresahkan masyarakat. Mereka juga punya rencana tahun baru membuat kerusuhan," kata Abiyoso.

Pernyataan Kapolrestabes Semarang ini membuat G yang sedang ditengok ibunya menggigil ketakutan. Serta merta ia langsung mendatangi sang ibu dan bersimpuh di telapak kaki sang ibu.

"Maaf bu. Maaf," kata G lirih.Anggota geng motor Camp TT diminta berbaris dan berjalan jongkok menuju ruang pemeriksaan. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)Menurut Johan, sang ketua geng, rekruitmen anggota dilakukan melalui media sosial. Tanpa seleksi dan mereka langsung mengadakan pertemuan. Johan, sang ketua mensyaratkan satu hal jika ingin bergabung. Setia.

"Kita sering kumpul di warung di Jalan Banowati. Kalau mau gabung syaratnya satu, jangan berhianat," kata Johan di Mapolrestabes Semarang, Jumat (29/12/2017).

Dari Johan, terungkap bahwa di Semarang terdapat banyak camp. Antar camp selalu berseteru dan ribut tanpa tujuan yang jelas. Johan tak menyebut perebutan area kekuasaan misalnya.

"Saling ribut aja antar kelompok geng motor. Nggak tahu yang diributkan apa, selalu saja ada bahan," kata Johan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Melacak Jejak Digital

Ketika tawuran, kelompok yang kalah harus mengikuti perintah. Di salah satu postingan instagram mereka di @camp_tandatanya136 diposting video lawan mereka yang kalah yaitu Camp Donat untuk mengikuti perintah mereka. Anggota Camp Donat diminta menghina diri sendiri kemudian menjilat telapak kaki anggota Camp Tanda Tanya.

Akun yang memiliki 1883 pengikut dan 45 yang diikuti ini telah memposting 47 postingan. Tidak seluruhnya berii postingan kemenangan ketika tawuran. Akun ini dikunci privasinya sehingga hanya pengikut yang bisa melihat postingan. Sementara di akun Instagram camp donat, @enjoynat015, ternyata memiliki lebih banyak pengikut, yakni 2020.

Dalam postingan camp donat itu, mereka menyebut dirinya sudah berhenti tawuran. Mereka lebih suka berkarya. Meski sebelumnya sempat posting di tanggal 22 Juni 2017 bahwa mereka usai tawuran dan memenangkan pertarungan meski berakhir dibubarkan polisi.

"Habis njebolin anak seberang. Endingnya malah gini. Tapi gak papalah tetep solid anak camp donatnya. Cuma sembiln orang aja bisa kocar kacirin anak seberang yang banyak itu," demikian caption yang ditulis dalam postingan screenshoot sebuah media yang menulis tentang tawuran mereka.

 

3 dari 3 halaman

Tempat Belanja Senjata

Melihat jenis senjata tajam yang dibawa, memang sangat mengerikan. Sebuah celurit berukuran besar hingga panjang sekitar 50 cm menjadi salah satu peralatan mereka. Darimana?

"Beli online. Ini harganya Rp 500 ribu. Patungan antar anggota. Saya Rp 200 ribu," kata Johan.

Dengan sebilah celurit besar itulah Ananda Fajar Pratama (17) tiba-tiba diserang tanpa sebab di jembatan tol Manyaran. Akibatnya jari telunjuk kanannya putus dan dadanya terluka sayatan.

Tigabelas anggota Camp TT 136 ditangkap Tim Resmob Sat Reskrim Polrestabes Semarang Rabu (27/12/2017). Dalam pemeriksaan mereka akan dijerat pasal 351 KUHP tentang penganiayaan dengan ancaman hukuman penjara maksimal 7 tahun.

Sementara itu, para orang tua atau wali mereka yang dikumpulkan di Mapolrestabes Semarang diberi penjelasan agar anak mereka dipercayakan pada proses hukum. Hal itu sebagai bukti cinta orang tua untuk memberi pelajaran atas apa yang telah dilakukan.

Rumanto salah satu orang tua mengaku geram karena anaknya masuk perkumpulan anak-anak nakal tersebut. Ia pun berjanji jika anaknya sudah kembali ke rumah maka semua fasilitas seperti handphone dan motor tidak akan diberikan.

"Tidak lagi saya beri motor dan handphone. Mungkin saya titipkan ke kakaknya saja," kata Rumanto.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.