Sukses

Tahun Baru di Danau Kaldera Tertinggi di Asia Tenggara

Pendaki bergerak ke Kerinci jelang tahun baru. Danau kaldera Gunung Tujuh juga jadi tujuan.

Liputan6.com, Jambi - Selain Gunung Kerinci, Danau Gunung Tujuh juga menjadi sasaran para pendaki maupun wisatawan yang ingin menghabiskan malam pergantian tahun di Kerinci, Jambi.

Danau seluas kurang lebih 960 hektare ini merupakan salah satu danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara. Dengan panjang 4,5 kilometer dan lebar 3 kilometer, danau ini berada di ketinggian 1.950 mdpl.

Lokasinya berada di kawasan Gunung Tujuh yang ada di bagian belakang Gunung Kerinci. Tepatnya di Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

Danau Gunung Tujuh merupakan danau vulkanik yang terbentuk dari proses letusan gunung api, yakni Gunung Tujuh. Akibat letusan itu membentuk kawah besar yang kemudian terisi air, sehingga terbentuk danau.

Air danau ini mengalir ke sejumlah sungai di Jambi. Di mana salah satu alirannya bermuara di Sungai Batanghari, sungai terpanjang di Sumatera.

Karena letaknya di atas gunung, suasana Danau Gunung Tujuh amat menawan. Suasananya amat hijau, asri, dan alami. Kondisi ini menjadikan danau ini tak pernah sepi dari pengunjung setiap tahunnya.

Menurut Kepala Seksi (Kasi) Pengawasan Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS), Nur Hamidi, mulai tanggal 1 hingga 24 Desember 2017 ini, jumlah pengunjung ke Danau Gunung Tujuh Kerinci sudah mencapai 320 orang.

 

 

 

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ribuan Pendaki ke Kerinci

Sejumlah pendaki lokal maupun mancanegara mulai berdatangan ke Gunung Kerinci di Provinsi Jambi. Gunung Kerinci merupakan puncak tertinggi di Pulau Sumatera. Gunung ini juga tercatat sebagai gunung api tertinggi di Indonesia.

Dari keterangan sejumlah pendaki lokal, minat pendaki mancanegara untuk menyambut malam pergantian tahun di Gunung Kerinci memang lumayan tinggi. Status gunung ini adalah waspada level II. Artinya, masih cukup aman untuk didaki.

"Jumlahnya saya lihat lumayan banyak. Ada yang dari Eropa dan Amerika. Saya ketemu tadi ada dari Jepang juga," ujar Judith, salah seorang pendaki lokal asal Kota Bekasi, Jawa Barat saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (27/12/2017).

Menurut Judith, jika ditambah para pendaki lokal, maka jumlahnya bisa mencapai ribuan. Rata-rata para pendaki datang memang ingin menyambut tahun baru di puncak Kerinci dengan ketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.

Para pendaki lokal tidak hanya dari daerah di Sumatera saja. Namun, banyak dari daerah lain seperti Pulau Jawa, Kalimantan, hingga Papua. Mereka datang secara bergelombang. Di mana rencananya, mulai Kamis (28/12/2017) besok, para pendaki sudah mulai bergerak menuju Gunung Kerinci.

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Pengawasan Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS), Nur Hamidi mengatakan, hingga akhir Desember 2017 ini, tercatat sudah ada 487 orang pendaki maupun pencinta alam yang berada di Gunung Kerinci. Jumlah itu diprediksi akan terus bertambah seiring makin banyaknya pendaki yang berdatangan menjelang pergantian tahun.

"Mulai Kamis besok para pendaki sudah berangkat ke Gunung Kerinci," ujar Hamidi.

Ia mengimbau agar para pendaki mematuhi aturan yang ada. Salah satunya adalah tidak memaksakan diri mendaki hingga ke puncak apabila cuaca buruk. Mengingat, status Gunung Kerinci saat ini adalah waspada level II.

Untuk membantu para pendaki, pihak BBTNKS juga menerjunkan puluhan petugas pemandu pendakian. Petugas ini juga dibantu komunitas pendaki maupun pencinta alam Kerinci dalam memandu atau membantu para pendaki dari luar negeri maupun luar daerah.

 

 

 

 

3 dari 3 halaman

2 Jalur Pendakian Gunung Kerinci

Gunung Kerinci memiliki dua jalur pendakian. Jalur pertama yakni melalui daerah Kersik Tuo di Kabupaten Kerinci. Sementara jalur kedua melalui Solok di Provinsi Sumatera Barat.

Untuk jalur pendakian melalui Kersik Tuo memiliki empat shelter atau pos pemberhentian. Shelter I – II dengan ketinggian 2.505 mdpl memiliki kondisi tanah padat dan pepohonan berakar.

Lalu shelter II - III dengan ketinggian 3.056 mdpl memiliki kondisi jalan mendaki, menyempit dan curam. Kemudian dari shelter III menuju kawasan Tugu Yudha sekitar 3.291 mdpl juga dengan kondisi curam dan mendaki. Sedangkan pada shelter Tugu Yudha hingga puncak kondisinya penuh batu cadas, tapi lokasinya mulai cukup datar.

Sementara itu, jalur pendakian Gunung Kerinci melalui Solok, Sumatera Barat, memiliki tiga shelter.

Shelter I – II memiliki ketinggian sekitar 1.890 mdlpl dengan kondisi tanah cukup landai . Shelter II – III sekitar 2.010 mdpl dengan kondisi penuh batu berlumut. Sedangkan shelter III sekitar 2.225 mdpl memiliki kontur jalan yang licin, mendaki, curam dan berair.

Menurut Hamidi, dua jalur pendakian itu sama-sama berat dan berbahaya apabila diterpa cuaca buruk. Untuk itu, para pendaki diingatkan agar berhati-hati kala melakukan pendakian. Terlebih saat ada hujan deras disertai angin kencang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.