Sukses

Kuliner Legendaris Bangkalan Nasi Petis Tanpa Petis, Lho?

Nasi petis Amboina Bangkalan dihidangkan tanpa petis sama sekali. Kok namanya nasi petis?

Liputan6.com, Bangkalan - Kalau berkunjung ke Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, cobalah salah satu hidangan legendaris yang disebut nasi petis. Nasi petis sebenarnya nasi campur namun lauknya berbeda dengan nasi campur yang umum dijual di warung-warung.

Lauk nasi petis Bangkalan “serba sapi”. Ada dendeng daging sapi, jeroan sapi, hati dan limpas sapi juga telur rebus. Semua dihidangkan dalam ukuran jumbo. Aneka lauk dari sapi itu dipadukan kuah santan yang kental.

Nasi petis ini jadi menu andalan warung Gang Amboina di Kelurahan Pangeranan, Kota Bangkalan. Warung ini telah berdiri sejak 1960-an. Kini diteruskan Siti Rahmah, 46 tahun.

Yang unik dari Nasi Petis Amboina adalah ketika dihidangkan sama sekali tak ada petisnya barang secuil. Lalu kenapa dinamakan Nasi Petis?

Siti menuturkan meski tak ada petis dalam hidangan, namun petis jadi salah bumbu wajib saat membuat kuah santan. Takaran petisnya pun hanya satu sendok, tak boleh lebih atau kurang.

"Sebesar apa pun kuali buat masak kuah santannya, harus dikasih petis dan hanya satu sendok," kata dia, Minggu, 10 Desember 2017, menjelaskan asal muasal nama nasi petis.

Kata Siti, petis yang digunakan petis asli Madura. Rasanya dominan asing dan warnanya kecoklatan. Berbeda dengan petis Sidoarjo yang warnanya hitam pekat dan rasanya manis dan gurih. Dalam baner menu, satu porsi nasi petis dibandrol seharga Rp 19 ribu rupiah belum termasuk minum.

Selain nasi petis, warung Gang Amboina juga menyajikan rawon, soto babat, telur petis dan nasi keringan. Rata-rata tiap menu dibandrol seharga Rp 12 ribu hingga 19 ribu perporsi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dapur di Konsep Outdoor

Menurut Siti, kunci sukses kuliner Gang Amboina adalah konsistensi bumbu. Siti mengatakan sejak dikelola kakek buyutnya, semua bumbu ditimbang lebih dahulu sebelum diolah. Takaran bumbu warisan leluhur itulah yang digunakan hingga saat ini.

"Termasuk bikin sambalnya pun cabainya harus ditimbang, ini untuk menjaga kualitas rasa," ujar dia.

Meski letaknya disebuah gang, namun warung Amboina cukup luas. Halamannya bisa muat untuk parkir 10 mobil dan puluhan sepeda motor. Uniknya lagi, Siti mendesain dapurnya outdoor.

Sehingga pengunjung bisa melihat langsung aktivitas dalam dapur. Ada yang ngulek sambal, menanak nasi, masak kuah dan mengiris daging, jeroan, hati dan limpa sapi. Siti juga menyediakan lapak khusus untuk pesan dibungkus.

Selain Warung Gang Amboina, Nasi petis juga dijual di tiga tempat yaitu Warung Amboina (tidak pakai kata Gang) letaknya dekat Masjid Jami’ seberang Taman Paseban.

Juga di Depot Nya Lete’, letaknya sebelum kantor pos Bangkalan, dan Depot Nyonya Sennam yang letaknya di jalan yang sama dengan kantor pos.

Perbedaan nasi petis di antara tiga warung itu terletak pada kuah, di Depot Nyonya Lete’ pakai kuah sik-usik yang warnanya kemerahan. Sedangkan di Nyai Sennam lauknya serupa namun kuah santan warna lebih putih.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini