Sukses

Gapit, Camilan Kecil dan Renyah Khas Cirebon

Belum ke Cirebon namanya kalau belum bawa oleh-oleh penganan kecil khas Kota Udang ini.

Liputan6.com, Cirebon - Kawasan pantura Cirebon tak hanya dikenal dengan udang. Ragam camilan khas pun menjadi salah satu yang diincar para wisatawan jika berkunjung ke Cirebon, Jawa Barat.

Salah satunya kue gapit. Sebuah kue kering atau makanan ringan yang memiliki berbagai bentuk dan rasa. Dari informasi yang dihimpun, nama gapit diambil dari cara pembuatannya, yakni, adonan kue yang sudah jadi digapit oleh dua lempeng besi di atas pembakaran.

"Hasilnya adonan menjadi pipih dan kue pun menjadi renyah ketika sudah matang," kata salah seorang pembuat gapit di Desa Setu Wetan, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Iskandar, akhir pekan lalu.

Kue gapit terbuat dari tepung tapioka bentuknya mirip kue simping. Jika simping memiliki diameter lebih lebar dengan ketebalan yang sangat tipis, kue gapit berdiameter kecil dan lebih tebal, tetapi tetap renyah saat dicicipi.

Dia mengatakan, dahulu, kue gapit hanya memiliki varian rasa kelapa. Namun, seiring dengan perkembangan, para pembuat kue gapit berinovasi dengan membuat varian lain, yakni rasa bawang, kacang, dan keju.

Gapit, Kuliner Khas Cirebon. (Liputan6.com/Panji Prayitno)

Tiga varian rasa baru tersebut tanpa meninggalkan rasa kue gapit yang renyah dan gurih. Dia mengatakan, dalam perkembangannya, kue gapit tersebar di beberapa daerah di Cirebon, seperti Desa Setu, Panembahan, Desa Tuk, dan Kemlaka. Namun demikian, penjualan kue gapit juga masih belum stabil.

"Kalau menjelang Lebaran, produksi dan pesanan banyak bisa sampai 25 kilogram per hari. Kalau hari biasa paling hanya 10 kilogram dan tergantung pesanan juga," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Lekang Dimakan Zaman

Kue Gapit Cirebon ini bukan termasuk makanan khas baru di kawasan pantura Jawa Barat. Kue gapit diyakini sudah ada sejak beberapa puluh tahun yang lalu.

"Saya tidak tahu pasti seperti apa sejarahnya. Tapi usaha camilan ini memang turun-temurun sejak bapak saya SMP juga sudah ada," kata Iskandar.

Dahulu, kata dia, pembuat gapit menjual kuenya ke pasar tradisional. Saat ini, sebagian besar pembuat gapit sudah bisa masuk ke toko oleh-oleh khas Cirebon.

Dia mengaku, para pembuat gapit tersebut memiliki pangsa pasar tersendiri, baik di pasar tradisional maupun modern.

"Keluarga saya sampai mengirim gapit ke Bekasi dan itu rutin," sebut Iskandar.

Dari hasil distribusi penjualan tersebut, omzet yang diterima Iskandar bisa mencapai Rp 10 juta per bulan. Menurut dia, gapit saat ini menjadi salah satu camilan khas yang tak lekang oleh waktu.

Karena itu, ke depan, Iskandar bertekad memasarkan gapit tersebut ke pasar modern.

"Di toko oleh-oleh dan pasar tradisional saja banyak pembelinya. Dan setiap libur panjang permintaan gapit selalu naik," Iskandar menandaskan.

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.