Sukses

Sama dengan Manusia, Gajah Juga Butuh Obat Anti-Cacing

Obat itu perlu diberikan secara rutin supaya gajah tidak kurus meski sudah makan dengan jumlah banyak, serta tak berakibat fatal.

Liputan6.com, Pekanbaru - Sama seperti manusia, ternyata gajah juga butuh obat anti-cacing. Bahkan, obat itu perlu diberikan secara rutin supaya hewan berbadan bongsor itu tidak kurus meski sudah makan dengan jumlah banyak, serta tak berakibat fatal.

Tentu saja, gajah yang diberi obat anti-cacing ini ‎harus jinak dan masuk dalam kawasan konservasi. Seperti yang dilakukan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Pekanbaru terhadap sepasang gajah, Ngatini dan Robin, di Taman Wisata Alam Buluh Cina, Kabupaten Kampar, Riau.

Menurut Humas BBKSDA Riau, sepasang gajah itu merupakan ikon di TWA yang berada sekitar 60 kilometer dari Kota Pekanbaru. Keberadaannya menjadi daya tarik bagi pengunjung yang ingin menikmati masih asrinya permukiman masyarakat, kayu-kayu alam di hutan serta danau.

Di lokasi ini juga masih banyak tersimpan kekayaan hayati. Ekosistemnya dijaga masyarakat sekitar, didampingi pengelola TWA, sehingga tidak boleh sembarangan menangkap hewan serta menebang di lokasi tersebut.

"Dan gajah ini selalu membawa masyarakat yang ingin berkeliling di hutan," tutur Dian, Senin, 20 November 2017.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tak Mudah Berikan Obat Anti-Cacing

Memberi obat anti-cacing kepada gajah, meski sudah jinak, tidak segampang yang dibayangkan. Gajah perlu dipancing dengan beberapa makanan terlebih dahulu, kemudian baru diselipkan cairan obat ke dalam mulutnya.

"Selain itu, pemberian obat harus dilakukan oleh pawangnya yang sehari-hari sudah mengenal kebiasaan gajah," Dian menerangkan.

Pemberian ini sangat diperlukan, karena sepasang gajah itu biasanya juga langsung makan dari alam. Dari makanannya itu bisa saja terselip bakteri-bakteri ataupun parasit seperti cacing yang bisa berakibat serius pada kesehatan gajah.

"Dan semoga gajah Ngatini dan Robin selalu sehat serta beraktivitas dengan baik menjaga taman wisata tersebut," katanya.

Dan sama seperti manusia, Dian menegaskan, gajah juga gampang menderita cacingan. Kalau sudah menderita penyakit ini, tentu lebih memerlukan biaya serta pengobatan yang lebih serius.

"Makanya diutamakan pencegahan karena gajah sama dengan manusia, perlu dikasih obat penangkal cacing," ucap Dian.

3 dari 3 halaman

Ayo Gajah Dita, Kembali Ceria

Sementara itu, sudah beberapa pekan Dita tak bisa berjalan dengan normal. Penyakit di kaki akibat luka yang membusuk membuatnya kesusahan dan tak bisa lagi menjelajah Suaka Margasatwa (SM) Balai Raja, Provinsi Riau. Tim pun diturunkan untuk menembakkan bius kepadanya dengan tujuan pengobatan.

Dita, adalah seekor gajah betina dewasa liar yang kakinya terinfeksi. Dia berubah murung, tak lagi ceria karena menahan rasa sakit akibat digerogoti luka yang belum diketahui sebabnya.

Menurut Kepala Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Dian Indriarti, pengobatan dilakukan oleh tim yang terdiri dari WWF, Vesswic, Yayasan Tesso Nilo, RSF dan Hipam ‎pada Rabu, 8 November 2017.

"Ini merupakan pengobatan kedua kali pada bulan ini bagi gajah betina liar yang diberi nama Dita ini," kata Dian, Kamis, 9 November 2017 malam.

Dian menyebutkan, Dita sudah beberapa kali diobati pada tahun ini. Luka pada telapak kaki depannya sulit disembuhkan ‎sehingga perlu pengobatan ekstra dan dipantau terus menerus agar tidak melebar.

Karena Dita tergolong liar dan bisa menyerang orang yang mendekatinya, petugas perlu menembaknya dengan bius. Dita yang tak sadarkan diri lebih mudah diobati.

"Barulah diobati luka pada kaki depan bagian kiri itu oleh petugas kesehatan," ucap Dian.

‎Usai diobati itu, kondisi Dita dinyatakan semakin baik. Petugas tak lupa memberinya multivitamin penambah darah dan penguat otot supaya kuat berjalan. Tak lupa sampel darah Dita diambil untuk diperiksa di laboratorium.

"Darah diperlukan untuk general check up agar dapat diketahui kondisi Dita secara menyeluruh," terang Dian.

Sembari menunggu hasil laboratorium keluar, petugas terus memantau keberadaan Dita dalam kawanan gajah liar. Petugas tak ingin kehilangan Dita yang masih memerlukan pengobatan lanjutan.

"Semoga Dita segera pulih dan dapat ceria kembali berkumpul dengan kelompoknya di hutan Talang SM Balai Raja," imbuh Dian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.