Sukses

Kisah Dramatis di Balik Pria dalam Pasungan di Kuningan

Dulunya pria itu merupakan pedagang kelontong sukses yang memutuskan untuk pulang kampung,

Liputan6.com, Kuningan - Nasib nahas dialami Jani (37), salah satu warga Kuningan, Jawa Barat. Selama empat tahun, ia hidup dalam kondisi dipasung dengan kaki terikat rantai. Alhasil, lelaki yang akrab disapa Ijan ini hanya bisa tidur berbaring dengan sesekali posisi miring menghadap ke latar papan kayu.

"Saya tidak punya cara lagi selain mengikat Ijan karena saya sendiri suka dipukuli," tutur Tarsih (60), ibu kandung Ijan, kepada Liputan6.com, Senin, 20 November 2017.

Tarsih menuturkan, dugaan gangguan jiwa yang dialami Ijan terjadi sejak 2000. Saat itu Ijan yang seorang pedagang kelontong di Cirebon memutuskan pulang ke kampungnya.

Selama tidak berdagang, Ijan lebih banyak diam dan merenung. Bahkan, Ijan cenderung menunjukkan sikap yang aneh dan tidak sopan kepada orangtuanya.

Tarsih mengatakan, kondisi sang anak terlihat dalam tekanan. Selama berdagang di Cirebon, ucap dia, Ijan selalu dibayangi perasaan minder.

"Waktu jualan di Cirebon, Ijan ditaksir sama lima perempuan cantik dan kaya. Tapi cerita anak saya ngakunya minder dan menolak cinta perempuan itu, padahal perempuannya sendiri yang bilang," ucap dia.

Tarsih pun mengaku mendapat cerita dari sang anak. Dia hanya bisa memberi dorongan dan semangat untuk tidak minder.

Namun, kata dia, memasuki tahun 2010, kondisi psikis sang anak berubah drastis. Ijan kerap berperilaku kasar dan tidak sopan kepada orangtuanya.

Tarsih mengaku selalu dikasari Ijan setiap kali akan memberi makan kepada anaknya. Ijan, kata Tarsih, tidak segan memukulnya tanpa alasan jelas.

"Saya buatkan Indomi rebus malah ditumpahkan ke kepala saya. Saya harus sabar dan tidak pernah tidur di rumah," ucap dia.

Tarsih juga mengaku sempat berbicara dengan Ijan saat anaknya mengamuk. Menurut dia, Ijan juga suka berhalusinasi seakan ada sosok wanita yang mengikutinya.

Tak kuat menahan kondisi kejiwaan sang anak, Tarsih bersama suami memutuskan untuk memasung anaknya di sebuah gubuk kecil samping rumahnya pada tahun 2013 lalu.

"Dua tahun kondisi Ijan parah dan saya tersiksa sama suami saya juga," ujar Tarsih yang bekerja sebagai petani itu.

Tarsih juga mengaku sudah pernah membawa sang anak ke puskesmas maupun dokter setempat. "Rumah juga dirusak dilempar-lempar sama anak saya," ucap dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Suka Gunting Rambut Sendiri

Ulah Ijan yang suka mengamuk juga dialami sang ayah, Suhada. Dia mengaku pernah disiram air satu jerigen saat sedang makan.

Bahkan, Ijan tidak segan memukul sang ayah hingga menimbulkan sedikit trauma. Namun demikian, kata dia, Ijan juga bersikap baik layaknya orang normal ketika jiwanya dalam kondisi tenang.

"Pernah waktu itu minta sisir mandi sendiri gunting rambut sendiri. Ibunya suka mandiin Ijan diam saja, malah ngobrol biasa," kata dia.

Suhada mengaku pernah membawa Ijan kepada seorang dukun. Namun, kata, dia, upaya tersebut tidak berhasil dan membuat kondisi kejiwaan Ijan semakin parah.

"Bisa habis Rp 50 juta kalau bolak-balik dibawa ke orang pintar. mah. Rumah saja rusak karena ulah anak sendiri," ujar dia.

Suhada berharap ada uluran tangan membantu kondisi Ijan yang diduga mengalami gangguan jiwa. Mereka berharap anaknya sembuh, sehingga bisa hidup tanpa dipasung. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.