Sukses

Rabu Wekasan, Ratusan Orang Berebut Air Suci dari 7 Mata Air

Rabu Wekasan dipercaya untuk menolak bala. Konon dalam sejarah Islam, pada bulan Safar banyak diturunkan azab dari Sang Pencipta.

Liputan6.com, Probolinggo - Ratusan santri dan warga di Probolinggo, Jawa Timur, menggelar tradisi pawai obor Rabu Wekasan atau Rabu Pamungkas di bulan Safar, Selasa malam, 14 November 2017. Uniknya, di acara tersebut, warga berebut meminum air suci yang diambil dari tujuh mata air. Dalam tradisi ini, warga berharap wilayah Probolinggo terhindar dari bencana alam.

Pantauan di lapangan, ratusan warga dan santri Ponpes Nurul Islam Kelurahan Triwung Lor, Kademangan, Probolinggo yang mengikuti pawai obor dengan tertib. Mereka menyebut pawai obor tersebut adalah tradisi Rabu Wekasan atau malam Rabu di akhir bulan Safar dalam kalender Hijriyah.

Meski terlihat sederhana, namun ratusan santri dan warga terlihat khidmat mengikuti pawai tersebut. Bahkan tak ketinggalan para orang tua dan wali santri ikut pawai. Di sepanjang jalan kampung, tak henti-hentinya peserta pawai mengumandangkan salawat Burdah serta doa-doa.

"Asyik bisa keliling kampung sambil bawa obor. Seru karena jarang-jarang ada kayak ini, setahun sekali, saya pasti ikut," ujar Uswatun Nafisah, salah satu santri.

Konon dalam sejarah Islam, pada bulan Safar banyak diturunkan azab dari Sang Pencipta. Seperti bencana alam dan penyakit pada umat manusia yang banyak melakukan dosa.

Oleh karena itu, warga menggelar tradisi pawai obor Rabu Wekasan, sambil bersholawat dan memanjatkan doa keliling kampung. "Agar di bulan-bulan selanjutnya negeri ini terhindar dari segala musibah bencana," kata ustaz Mukhlas, pengasuh Ponpes Nurul Islam.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berebut Air Suci

Setelah keliling kampung, acara diakhiri dengan membaca doa yang dipimpin ulama setempat. Warga juga anak-anak, langsung berebut air suci dari tujuh mata air yang sudah diberi doa-doa untuk diminum.

Saat ini, tradisi Rabu Wekasan mulai jarang ditemui lagi. Padahal tradisi tersebut merupakan tradisi Islam pada jaman dulu, yang sekaligus wadah siar agama.

"Tradisi semacam ini, sudah mulai langka dilaksanakan. Karenanya, kami berharap warga dan santri selalu melestarikan tradisi dan warisan budaya dari ulama terdahulu," tutur Habib Jadi Zainal Abidin, tokoh ulama di Kota Probolinggo.

Warga berharap dengan digelarnya tradisi Rabu Wekasan ini,  dapat terhindarkan dari segala macam musibah. Utamanya bencana banjir dan tanah longsor seperti yang terjadi di daerah lain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.