Sukses

Aksi Kocak Pematung di Yogyakarta Saat Saling Bertarung

Keseriusan dengan kerutan dahi hingga kekocakan saling lempar 'lempung' (tanah liat) menjadi pemandangan menarik dalam 'battle' ini.

Yogyakarta - Pendopo Museum Sandi Yogyakarta di kawasan Kotabaru Rabu (8/11/2017) tampak lebih ramai daripada biasanya. Sekitar 20 pematung yang turut dalam agenda Jogja Street Sclupture Project (JSSP) 2017 "Jogjatopia" tampak beradu kemahiran mematung atau "battle" menciptakan karya patung wajah (potrait) pematung lain yang jadi lawan duel.

Keseriusan dengan kerutan dahi hingga kekocakan saling lempar 'lempung' (tanah liat) menjadi pemandangan menarik yang terlihat di salah satu sudut Yogyakarta tersebut. Para pematung yang biasanya diidentikkan dengan seorang yang sangat serius saat berkarya mendadak berubah saat mengikuti lomba bertajuk "Battle Star Sclupture" ini.

Para pematung ini ditantang untuk menciptakan karya berdasar model nyata yang merupakan wajah (potrait) lawan duelnya. Sontak saja hal tersebut menjadi sangat menarik karena dikemas secara informal dengan suasana yang akrab tanpa batas.

Guyonan dan candaan pun berulang kali muncul dari para pematung yang sebenarnya merupakan maestro di salah satu disiplin seni ini. Kurator, Greg Wuryanto mengungkap agenda "Battle Star Sclupture" ini sengaja dibuat untuk memberikan ruang pada masyarakat menyaksikan langsung bagaimana sebuah karya patung diciptakan.

"Masyarakat bisa lihat langsung, bagaimana proses kerja kreatif dari seorang pematung karena selama ini mungkin hanya tahu hasil akhirnya saja. Hari ini masyarakat bisa saksikan bagaimana para pematung ini battle menghasilkan karya yang merupakan potrait dari lawannya (sama-sama pematung)," ungkapnya.

Dalam battle ini, masing-masing pematung diberikan waktu satu jam untuk menyelesaikan patung potrait wajah pematung lainnya. Hasilnya, siapa yang berhasil menciptakan karya paling mirip akan menjadi juara.

"Intinya bukan juara, tapi siapa yang paling mirip itu dianggap levelnya paling di atas. Tapi diatas semua itu, esensinya adalah masyarakat bisa menyaksikan langsung bagaimana proses karya seni dibentuk," Greg memungkasi.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.