Sukses

18 Daerah di Jatim yang Ekonominya Terancam Bencana Alam

Untuk menekan resiko bencana, BPBD Jatim bikin sekolah sungai, gunung, dan laut

Liputan6.com, Bangkalan - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur mencatat dari 38 kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur, terdapat 29 kabupaten dan kota yang rawan bencana alam. Dari jumlah itu, 18 diantara merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun perekonomiannya rawan terganggu oleh bencana alam.

"Data ini berdasarkan hitungan indeks resiko bencana,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur, Sudarmawan, di Kabupaten Bangkalan, Minggu (5/11/2017), dalam kegiatan bersih-bersih sungai dan kali di Kelurahan Tunjung, Kecamatan Burneh.

18 kabupaten dan kota yang paling rawan itu disebut dengan istilah ‘Gerbang Kerto Susilo’, singkatan dari Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan. Di Madura, selain Bangkalan, Kabupaten Pamekasan juga masuk kategori ini.

Untuk meminimalisir potensi bencana di 18 daerah tersebut, kata Sudarmawan, BPBD Jatim meluncurkan program Pengurangan Resiko Bencana (PRB). Salah satu kegiatan PRB direalisasikan dalam bentuk menggelar sekolah tak berdinding yang disebut sekolah sungai, laut dan gunung.

Di Jatim sekolah ini baru berdiri di sembilan kabupaten, tiga sekolah sungai, tiga sekolah gunung dan tiga sekolah laut. Para ‘siswanya’ adalah masyarakat yang kehidupan sehari-harinya berhubungan langsung dengan Sungai, laut dan gunung di daerahnya.

"Bergantung bencana yang paling rawan apa, di Bangkalan ini banyak sungai kritis karena sedimentasi, jadi kita buat sekolah sungai," ujar dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sekolah Sungai di Bangkalan

Di Bangkalan, sekolah sungai dibentuk di Kelurahan Tunjung, Kecamatan Burneh. Tunjung dipilih karena di sana terletak sungai terbesar di Bangkalan. Air irigasi untuk ribuan hektar lahan pertanian di Kecamatan Burneh, Kota dan Socah sangat bergantung pada suplai air dari Sungai Tunjung.

Kini kondisi sebagain besar aliran anak sungai Tunjung dalam kondisi kritis akibat sedimentasi atau pendangkalan. Saat musim hujan tiba, pendangkalan itu memicu banjir di daerah Kota Bangkalan dan menggenangi lahan pertanian.

"Bencana itu bisa berdampak pada ekonomi warga, bisa bikin daya beli turun bahkan bisa berpengaruh hingga masalah kesehatan, makanya perlu diminimalisir resiko bencananya" kata dia.

Lalu seperti apa bentuk sekolah sungai di kelurahan Tunjung? Ketua Aeng Mas, Organisasi Lingkungan Kelurahan Tunjung, Abdur Hamun mengatakan bentuk pengajarannya seperti diklat namun dinamai sekolah sungai.

Kursus digelar tiga hari, dengan mendatang instruktur dan ahli ekologi. Warga yang lulus sekolah sungai kemudian sepakat membentuk organisasi yang dinamai Aeng Mas.

"Kami diajari tentang sungai, manfaatnya, dan bagaimana menjaganya," kata dia.

Menurut Abdur, langkah awal warga Tunjung bersahabat dengan sungai adalah membersihkan sedimentasi di sejumlah kali atau anak sungai dengan melibatkan seluruh warga. Kegiatan ini didukung oleh Pemkab Bangkalan, Kodim dan Polres, mereka mengirimkan ratusan personelnya untuk membantu membersihkan sedimentasi.

"Desa kami ini dekat sungai, tapi pertanian kami selalu dilanda krisis air, ternyata karena sedimentasi, hari ini kami bersihkan," katanya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.