Sukses

Cerita Galau dari Pulau Gusung Sanggalau

Gusung Sanggalau merupakan pulau pasir tak berpenghuni di jajaran Kepulauan Derawan. Ada kisah galau yang menarik di balik namanya.

Liputan6.com, Balikpapan - Waktu masih menunjukkan pukul 15.30 Wita, angin masih terasa lembut menyapa para wisawatan yang mengunjungi Kepulauan Derawan kala itu. Setelah lelah singgah di tiga pulau di kepulauan itu, Maratua, Kakaban, dan Sangalaki, sayang rasanya melewatkan manisnya pemandangan pulau pasir Gusung Sanggalau.

Ditemani cahaya matahari sore yang mulai meredup, para wisatawan bisa asyik mengambil foto di pulau polos tak berpenghuni itu. Gusung memiliki arti pasir. Pulau ini memang hanya terdiri dari gundukan pasir dan sebuah rumah kecil dari bambu di dekat pulau ini yang merupakan tempat nelayan berteduh atau beristirahat saat memancing.

Tidak semua pengunjung bisa menikmati indahnya pulau pasir ini karena keberadaannya yang timbul tenggelam. Bukan karena kisah mistis, tetapi keberadaan pulau yang lokasinya dekat dengan Pulau Derawan ini sangat bergantung pada ketinggian air saat itu.

Gusung Sanggalau, Pulau Pasir di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. (Liputan6.com/Ramdania El Hida)

"Biasanya kalau sudah lewat jam 5 sore, air sudah pasang, maka pulau pasir sudah tidak terlihat," kata Ade, warga setempat, akhir pekan lalu.

Banyak warga mengatakan pulau pasir ini merupakan lokasi yang cocok untuk menggalau. Inilah makanya pantai itu disebut Gusung Sanggalau. Namun, mungkin nama itu memang cocok jika mengutip kisah yang beredar di tengah masyarakat sekitar.

Ade menceritakan bahwa pengambilan nama pulau-pulau di kepulauan ini terkait sebuah kisah mengenai sepasang perempuan dan laki-laki yang akan menggelar pernikahan. Namun, karena mengalami kecelakaan di tengah laut, pernikahan tersebut gagal terlaksana.

Gusung Sanggalau, Pulau Pasir di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. (Liputan6.com/Ramdania El Hida)

"Jadi kapalnya pecah dan mereka terpisah. Makanya, ada nama Derawan yang maksudnya Perawan, Sangalaki maksudnya laki-laki, Maratua, maksudnya mertua, Kakaban yang maksudnya kakak," kata Ade.

"Terus di sana juga ada pulau Samawa maksudnya supaya sakinah, dan Sanggalau karena kisahnya bikin galau. Di pulau-pulau itu yang katanya mereka itu ditemukan," Ade menambahkan.

Namun, di balik nama Sanggalau, pengunjung yang sedang galau justru gagal galau karena indahnya pulau yang dikelilingi air laut berwarna toska ini. Bahkan, jika beruntung, bintang-bintang laut bisa ikut menemani pengunjung menikmati kesunyian di pulau pasir Gusung Senggalau.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sambut Pagi di Balik Beningnya Air Laut Pulau Derawan

Sinar matahari membias di balik awan tipis yang menutupi sudut timur Pulau Derawan, Kalimantan Timur. Waktu menunjukkan pukul 05.00 Wita, sesaat warga pulau itu melaksanakan salat Subuh berjemaah.

Belum banyak aktivitas kala itu. Laki-laki berkopiah yang pulang dari masjid, para perempuan yang menyiapkan keperluan rumah tangganya, sejumlah nelayan yang sedang merapikan speed boatnya, dan wisatawan yang sudah terjaga di beberapa kamar resor pulau itu.

Pulau Derawan yang terkenal dengan kejernihan airnya ini merupakan salah satu pulau di wilayah timur Kalimantan Timur. Dalam kelompok Kepulauan Derawan, pulau ini didampingi pulau lain seperti Pulau Maratua, Pulau Kakaban, dan Pulau Sangalaki.

Tidak hanya wisatawan yang tinggal di pulau ini, ada sekitar 1.000 kepala keluarga yang merupakan penduduk asli pulau ini. Mereka kebanyakan bermata pencaharian sebagai nelayan.

"Mayoritas penduduknya nelayan, cuma sekarang sudah ada yang alih profesi jadi motoris (istilah untuk sopir speed boat), wirausaha. Cuma yang jadi PNS atau kantoran tidak ada," ujar Ade, salah seorang pengelola wisata di Pulau Derawan ini, Kamis, 26 Oktober 2017.

Memang, semenjak wisata ke Pulau Derawan ini marak, aktivitas warga di pulau ini pun mulai menggeliat. Terlihat beberapa rumah menjadi pusat suvenir atau membuka jenis usaha lain, seperti warung makan, toko kelontong, bahkan tempat penyewaan sepeda.

Di sekitar pulau ini hidup sejumlah biota laut yang menjadi incaran wisatawan untuk berfoto. Ada penyu dan berbagai jenis ikan. Bergeser sedikit ke arah Pulau Maratua, wisatawan akan melewati jalur kelompok lumba-lumba. Kalau beruntung, pengunjung bisa bertemu kawanan lumba-lumba.

"Sesuai aturan, kami mengingatkan kepada para pengunjung, boleh berfoto dengan biota laut apa saja cuma tidak boleh dipegang," Ade menegaskan.

Matahari mulai beranjak tinggi, riak air laut memancarkan kilauan. Para nelayan pun sudah meluncur ke lautan lepas dengan speed boat. Saatnya bagi para wisatawan mulai menjelajahi warna-warni kehidupan bawah laut di Kepulauan Derawan ini. Semangat pagi!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.