Sukses

Aksi Petani Ponorogo Cukur Gundul Daun Bawang Merah

Sudah seperempat lahan milik petani bawang merah Ponorogo yang terserang hama ulat.

Liputan6.com, Ponorogo - Petani bawang merah, Sutrisno (37) mencukur gundul daun tanamannya. Hal itu dilakukannya demi membasmi serangan hama ulat.

Bawang merah tanamannya ini berusia satu bulan lebih, dipotong habis daunnya hanya dengan menyisakan umbi. ia berharap dengan dipotong habis bagian daun, serangan hama ulat bisa ditekan.

"Biar ulatnya tidak menyebar, jadi saya potong habis daunnya," tuturnya saat ditemui Liputan6.com, Selasa, 31 Oktober 2017.

Pasalnya, dari luasan lahan satu hektare miliknya sudah seperempat lahan yang terserang hama ulat. Meski sudah dibasmi menggunakan pestisida, ulat di tanaman bawang merah miliknya tidak juga hilang.

"Ini jalan keluar terakhir, ya dipotongi daunnya," ucapnya.

Menurutnya, penyebab dari serangan hama ulat karena banyaknya hewan ngengat yang meninggalkan telur ulat pada daun. Selain itu, hanya lahan milik Sutrisno saja yang ditanami bawang merah, sementara lahan di sekitarnya ditanami jagung.

"Jadi sasaran empuk, serangan hama ulatnya banyak," katanya.

Hama ulat memang jadi momok utama petani bawang merah, jika tidak dibasmi bisa dipastikan gagal panen. "Ini saja sudah rugi, bayar buruh tani untuk motongi daun," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bawang Merah Modal Pendidikan Gratis

Pondok Pesantren Ar-Rahmah yang berada di kaki Gunung Kaba, tepatnya di Desa Air Meles Atas, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, terus berupaya mewujudkan niatnya untuk memberikan pendidikan gratis bagi 250 santri dan santriwati.

Salah satu upaya yang dilakukan para pengelola pondok pesantren dengan menanam bawang merah dan dikelola oleh para ustaz dan santri.

Pimpinan Yayasan Ar-Rahmah, Ustaz Dedi Arizandi mengatakan, saat ini untuk biaya operasional pendidikan mereka dibantu pemerintah melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Tetapi karena para santri tinggal dan mondok, tentu saja ada kebutuhan lain, yaitu makan minum dan fasilitas hidup lain.

Untuk mengatasinya, mereka meminta bantuan pihak lain supaya ada pemasukan bagi yayasan.

"Asumsi masyarakat, pendidikan gratis itu semuanya gratis, kami berupaya keras untuk itu," ujar Dedi di Rejang Lebong, Selasa, 3 Oktober 2017.

Bank Indonesia yang memang memiliki program peningkatan perekonomian pesantren menggandeng Balai Penyuluhan Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bengkulu melakukan pendampingan dan memberikan bantuan bibit, pupuk serta perawatan hingga pengelolaan hasil panen.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bengkulu, Endang Kurnia Saputra mengatakan, tujuan program ini untuk meningkatkan ekonomi syariah yang berujung kepada peningkatan mutu pendidikan dan mengatasi beban biaya operasional pondok pesantren.

"Ini pertama kali kami lakukan khususnya untuk pesantren," Endang mengungkapkan.

Bupati Rejang Lebong, Ahmad Hijazi juga berjanji untuk menggelontorkan beberapa program ke pesantren yang berada tepat di sisi hutan lindung Gunung Kaba yang masuk dalam jajaran Bukit Barisan tersebut. Salah satunya melalui program budi daya ternak kambing, ayam petelur, dan itik pedaging.

"Kita bantu dengan program lain, lahan di sini masih sangat luas dan memungkinkan untuk pengembangan sektor peternakan," kata Hijazi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.