Sukses

Mengintip Serunya Festival Kuliner di Kampung Nasi Goreng

Sebanyak 1.300 piring nasi goreng yang ditata di meja sepanjang 300 meter itu pun ludes dalam sekejap.

Liputan6.com, Pekalongan - Festival 1.000 Piring Nasi Goreng di Balai Desa Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, diserbu ribuan orang dari bebagai daerah yang ingin makan gratis pada Sabtu malam, 19 Agustus 2017.

Sejak pukul 18.30 WIB, warga mulai dari anak-anak, muda-mudi, orang dewasa sudah memadati halaman balai desa setempat. Padahal, panitia belum memulai Festival 1.000 Piring Nasi Goreng.

Meskipun penyelenggara festival dari karang taruna desa, animo masyarakat yang datang begitu luar biasa. Panitia bahkan kewalahan mengatur peserta karena jumlah yang hadir lebih dari 2.000 orang.

Sebanyak 1.300 piring nasi goreng yang ditata di meja sepanjang 300 meter itu pun ludes dalam sekejap. Tak sampai 15 menit, para peserta yang ada menyantap nikmatnya rasa nasi goreng khas Wonopringgo.

Ketua Panitia Festival 1.000 Piring Nasi Goreng, Ghofir mengatakan, festival yang baru pertama digelar sebagai rangkaian HUT ke-72 RI dan mengenalkan potensi kuliner Desa Wonopringgo sebagai kampung nasi goreng.

"Ya memang sejak sepuluh tahun belakangan ini, ratusan warga Desa Wonopringgo memang berprofesi sebagai pedagang nasi goreng di berbagai daerah," ucap Ghofir kepada Liputan6.com.

Dengan Festival 1.000 Piring Nasi Goreng, kata dia, diharapkan potensi kuliner Desa Wonopringgo sebagai kampung nasi goreng semakin populer dan dikenal masyarakat luas.

Ia mengungkapkan, data sementara menunjukkan yang berjualan nasi goreng di seluruh pelosok Pekalongan jumlahnya 100 orang. Tapi, penjual yang berada di luar kota seperti Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Surabaya hingga Madura sekitar 200 orang.

Ghofir pun tak menyangka, Festival 1.000 Piring Nasi Goreng mendapat apresiasi masyarakat dari berbagai daerah hingga warga luar negeri seperti Jepang, Prancis, dan Belgia.

"Saya akui masih banyak kekurangan dalam penyelenggaraanya. Ke depan, tentu akan kami perbaiki, karena festival ini rencananya digelar rutin setiap tahun," kata dia.

Awalnya, panitia menyiapkan meja sepanjang tiga ratus meter. Bahkan, panitia melarang peserta makan gratis membawa pulang nasi goreng dan harus dimakan di lokasi.

Namun, begitu nasi goreng disiapkan di atas meja, warga berebut mengambil dan membawa pulang. Panitia pun tak bisa berbuat banyak karena peserta yang datang di luar prediksi. Sejumlah peserta pun mengaku kecewa karena tak kebagian nasi goreng yang disediakan panitia.



* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Potensi Kampung Nasi Goreng

Sementara itu, penggagas Festival 1.000 Nasi Goreng Gratis, Edi Tri Juwarno mengatakan, festival tersebut memang untuk mengenalkan Desa Wonopringgo.

"Karena di Desa Wonopringgo banyak pedagang nasi goreng yang jualan sekitar Pekalongan hingga ke kota-kota besar lainya," ucap Edi.

Kendati demikian, ia menyayangkan persiapan panitia yang kurang maksimal, sehingga festival tak berjalan maksimal. Terlebih, jumlah peserta yang hadir di luar prediksi.

"Ya ini buat pengalaman panitia, memang anak-anak muda di sini ini baru pengalaman pertama kali. Jadi, ya saya maklum dan benar-benar di luar prediksi," ujar dia.

Edi menyebut, Desa Wonopringgo menjadi pemasok ratusan pedagang nasi goreng yang tersebar di segala penjuru Tanah Air.

"Sepuluh tahun lalu ada beberapa warga yang mulai berdagang nasi goreng keliling kampung, akhirnya cukup sukses di perantauan. Akhirnya, para pemuda pemudi di sini ikut peruntungan menjadi pedagang nasi goreng yang mencoba berwirausaha mandiri," kata dia.

Menurut Kepala Desa Wonopringgo, Slamet Haryanto, potensi kuliner Desa Wonopringgo ini sangat luar biasa. Selain, memiliki ratusan warga yang ahli membuat nasi goreng, potensi kuliner desa lainya dapat digali dan menjadi keunggulan.

Ciri khas Desa Wonopringgo bahkan dapat menarik wisatawan sesuai program Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. "Kami masih melakukan pendataan berapa jumlah pedagang nasi goreng di sini. Karena memang desa kami dikenal sebagai kampung nasi goreng," sebut Slamet.

Menurut dia, bersamaan dengan Festival 1.000 Piring Nasi Goreng juga diresmikan paguyuban dan koperasi nasi goreng Desa Wonopringgo. "Secara umum khas nasi goreng rasanya sama, yang membedakan ya orangnya dari Wonopringgo, empunya nasi goreng," kata dia.

Dalam acara tersebut, selain menikmati nasi goreng gratis, para pengunjung dapat menyaksikan ragam penampilan kesenian daerah Kota Santri. Seperti kesenian rebana dhuror dan tarian lain asal Kabupaten Pekalongan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.