Sukses

Hujan Datang, Senyum Petani Garam Hilang

Harga garam saat ini mencapai Rp 3,4 juta per ton.

Liputan6.com, Sumenep - Senyum bahagia petani garam rupanya tidak bertahan lama. Di tengah harapan bisa kecipratan untung karena harga garam melambung, petani garam gigit jari karena kehilangan garam akibat hujan yang mengguyur wilayah Kabupaten Sumenep Madura.

Hujan yang turun memang tidak begitu deras. Namun lamanya waktu hujan mencairkan garam yang belum sempat dipanen. Petani tak bisa melanjutkan produksi garamnya karena air yang sudah tua secara otomatis akan kembali netral.

"Memang hujan dari pagi tidak terlalu deras. Tapi, waktu hujan kan hampir lima jam, jadi garam yang sudah siap panen akan cair menjadi air lagi," kata Syamsuri (31), salah seorang petani garam Desa Karang Anyar, Kecamatan Kalianget, Kamis, 27 Juli 2017.

Syamsuri menjelaskan, petani tidak menyangka akan turun hujan. Selama ini, kondisi cuaca yang sudah masuk musim kemarau berjalan baik sehingga petani optimistis musim kemarau kali ini berjalan lama.

Namun, prediksi itu melenceng setelah hujan secara tiba-tiba terjadi di daerah ini yang menyebabkan garam siap panen lenyap menjadi air.

"Dari hari-hari sebelumnya tidak ada tanda-tanda hujan sama sekali. Makanya, petani senang dan yakin musim kemarau akan berjalan lama dan bisa memproduksi garam secara maksimal," ucap dia kepada Liputan6.com.

Hujan yang melanda kali ini memang baru menghabiskan garam hanya di areal tambak saja, sedangkan tumpukan garam yang sudah berada di pinggir tambak tersebut masih tersisa. Namun, tumpukan garam hasil panen itu berkurang lantaran terkena air hujan.

"Kalau diguyur hujan bukan hanya garamnya yang lenyap, tetapi air asin yang akan dijadikan garam itu akan rusak, apalagi air itu sudah siap panen. Jadinya, harus menunggu waktu sekitar satu minggu agar air itu bisa kembali dipanen," tuturnya.

Sampai sekarang, harga garam tetap bertahan di kisaran harga Rp 3.400.000 per ton. Harga tersebut dinilai sangat menguntungkan bagi petani. Maka itu, petani memilih panen lebih awal tanpa menunggu garam jadi sampai banyak.

"Sekarang, petani tiga hari sudah panen, sebab mengejar harga yang masih tinggi. Kalau harga sedang murah, biasanya baru panen setelah satu minggu, jadi ditunggu sampai banyak," kata Syamsuri.

Mereka berharap hujan tidak kembali mengguyur daerah ini. Hujan membuat hasil produksi garam menurun dan bahkan terancam akan membuat gagal panen meski harga garam sedang melambung.

 

Saksikan video menarik di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.