Sukses

Gerakan Setop BAB di Sungai Lematang dengan SMS

Sungai Lematang yang menjadi jalur Musi Triboaton dijadikan tempat BAB favorit oleh sebagian warga Muara Enim.

Liputan6.com, Muara Enim – Kebiasaan buang air besar (BAB) di pinggir sungai masih lekat di kehidupan masyarakat di pinggir Sungai Lematang yang berada di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.

Gerah dengan kebiasaan yang dinilai tak higienis itu, Bupati Muara Enim Muzakir Sai Sohar punya cara unik untuk mengajak warga agar tak lagi BAB sembarangan.

Melalui program yang diberi nama SMS, Muzakir berharap lebih mengena dan dimengerti oleh masyarakat yang sebagian besar menggantungkan hidupnya dengan bertani dan berkebun.

"Stop Mising Sembarangan (SMS), menjadi jargon yang terus kami sampaikan di setiap kunjungan. Agar di setiap kecamatan ataupun desa lebih mudah mengerti dibandingkan himbauan Stop Buang Air Besar Sembarangan," kata Muzakir, Minggu, 16 Juli 2017.

BAB dikenal masyarakat Sumsel dengan mising. Muzakir meyakini dengan munculnya jargon ini, dalam beberapa waktu ke depan akan mengurangi kebiasaan BAB masyarakat yang mengurangi keindahan Sungai Lematang.

Apalagi, aliran sungai itu setiap tahunnya dilintasi peserta perlombaan Musi Triboaton yang sudah masuk agenda nasional. Selain SMS, pihaknya juga membangun beberapa fasilitas MCK di permukiman warga.

"Sungai jadi tercemar, masyarakat juga bisa jadi tidak sehat. Karenanya, kita galakkan kampanye ini menggunakan bahasa daerah agar lebih dimengerti," ujarnya.

Muzakir menargetkan Muara Enim memiliki seluruh fasilitas sanitasi yang layak. Pemkab Muara Enim juga menggalakkan program inovasi amnesti tangki septik bocor (ATSB) yang digulirkan sejak awal tahun lalu.

Program ini didorong mempercepat pencapaian program Sanitasi Permukiman menuju pencapaian target Sanitasi Sehat 2019 atau universal acces sanitasi 2019 di Muara Enim. "Sasarannya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)," katanya.

Di tempat berbeda, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Muara Enim, Abdul Nadjib, menjelaskan program ATSB diperlukan karena umumnya pengelolaan air limbah skala kabupaten/kota belum optimal.

Sebagai gambaran, dari 150 Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Indonesia, hanya tidak lebih dari 15 yang berjalan optimal. Dengan program ini, kapasitas regulator dan operator pengelola limbah domestik diharapkan akan meningkat seiring pula dengan pemahaman masyarakat.

"Limbah yang aman serta peningkatan operasionalisasi IPLT untuk layanan sanitasi berkelanjutan. Sasaran program ini akses jamban sehat dan tangki septik aman di Muara Enim," jelasnya.

 

Saksikan video menarik di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.