Sukses

Gunakan Hati Nurani untuk Melawan Hoaks

Masyarakat diajak untuk menggunakan hati nurani bila mendapat berita bohong dan palsu

 

Liputan6.com, Jakarta Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama Eusabius Binsasi mengajak masyarakat untuk menggunakan hati nuraninya masing-masing saat menerima macam-macam berita dari media sosial utamanya bila itu sifatnya bohong (hoaks) maupun palsu.

“Seperti kata Menteri Agama dalam tulisannya Melawan Hoax Menjaga Hati, penyebaran pesan-pesan di berbagai media sosial cenderung meningkat dan mengganggu kehidupan bersama utamanya antarumat beragama. Tebaran informasi sampah tanpa verifikasi ini sudah sangat masif. Melatih empati, dengan berpikir bahwa orang lain bisa terluka karena kalimat kita di ranah maya, sama artinya melatih diri untuk menjaga hati,”ujar Eusabius pada seminar puncak Pekan Komunikasi Sosial Nasional ke-51 di Aula STIKOM Purwokerto, Sabtu, (27/5).

Eusabius menyebutkan, tak hanya hoaks yang saat ini marak dan menyebar di media sosial melainkan juga pernyataan palsu yang dibuat meme dari para tokoh. Hasilnya membuat masyarakat mengalami skizofrenia informasi karena sudah menjadi penyakit yang berujung pada lunturnya nurani, hilangnya akal budi.

“Yang pintar menjadi orang bodoh,”tegas Eusabius. Selain Eusabius, tampil juga sebagai pembicara Pakar Teknologi Informasi Prof. Richardus Eko Indrajit, Wartawan Senior Harian Kompas Trias Kuncahyono dan Direktur Suara Surabaya Errol Jonathans.

Baik Errol maupun Trias yang mewakili media menyebutkan bahwa media mainstream atau arustama mensyaratkan tahapan-tahapan atau prosedur yang ketat saat hendak menyajikan sebuah berita sehingga layak disampaikan kepada masyarakat.

“Sayang, media baru sekarang ini justru mengedepankan kecepatan yang bisa jadi melupakan verifikasi. Di tempat kami, para wartawan sendiri harus menjalani pendidikan dan latihan hingga sembilan bulan. Tidak bisa kita hanya belajar dua atau tiga hari terus jadi wartawan hebat.”ujar Trias.

Karena itu, Errol menyebutkan, masyarakat seharusnya mengambil sumber dari media arustama dan bukannya dari media sosial. Setiap wartawan selalu dituntut untuk cek dan ricek, verifikasi serta melakukan validasi. Strategi ini tidak digunakan oleh sebagian besar pengguna media sosial dalam proses penyebaran informasi. Mengatasi masalah ini, Eko Indrajit menekankan bahwa kita tidak bisa menyalahkan teknologi.

“Teknologi yang digunakan manusia memang untuk mempermudah. Kalau ada penyalahgunaan, jangan salahkan teknologinya atau media sosialnya, tapi salahkan manusianya,”ujar Eko.

Mengutip kata Paus Fransiskus yang menyampaikan pesannya berjudul “Jangan Takut Aku Bersertamu, Komunikasikan Harapan dan Iman” di Hari Komunikasi Sedunia yang jatuh pada hari Minggu, 28 Mei tahun ini, Eko Indrajit menyebutkan, yang menentukan hitam putih medsos adalah pribadi di belakang teknologi.

“Kalau orang itu baik maka kebaikan yang disebarkan saat mereka bermain di media sosial. Kalau orang itu jahat, maka kejahatannya bisa makin canggih dan tersebar.”tegas Eko. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.