Sukses

Membongkar Mitos Nyi Roro Kidul di Pantai Garut

Seorang warga Garut bermimpi ada larangan berenang bagi wisatawan dua pekan sebelum Ramadan dan dua pekan setelah Lebaran.

Liputan6.com, Garut - Delapan wisatawan lokal luar Garut terseret ombak ganas pantai selatan di Garut, Jawa Barat, dalam dua pekan terakhir. Insiden yang merenggut korban nyawa semacam ini biasanya disambut dengan mitos terkait kepercayaan adanya sosok penguasa laut selatan.

Sebagian warga di daerah sekitar masih percaya ada sosok bernama Nyi Roro Kidul yang jadi penguasa laut selatan. Jika ada korban nyawa di laut, artinya Nyi Roro Kidul sedang minta tumbal. Demikian mitos yang berkembang tersebut.

Ridwan, pengamat sosial Garut Selatan, mengatakan fenomena terseretnya delapan korban wisatawan lokal luar Garut dalam dua pekan terakhir lebih disebabkan faktor alam.

"Saat ini cuaca memang mengarah ke kemarau, sehingga tidak aneh ombaknya tinggi," ujar dia, Senin (22/5/2017).

Dengan kondisi itu, tidak mengherankan suhu darat lebih hangat dibanding tengah laut yang menyebabkan ikan lebih banyak mengarah ke darat.

"Nah, muncul mitos kalau ada yang sudah korban, ikan banyak. Padahal sebenarnya memang suhu darat lebih hangat, sehingga ikan mengarah ke darat," ucap dia.

Menurut Ridwan, banyaknya korban yang jatuh dari wisatawan lokal luar Garut dalam dua pekan terakhir lebih disebabkan minimnya informasi mengenai laut selatan. Wisatawan luar Garut yang datang pertama kali langsung terpikat keindahan alam pantai selatan tanpa memperhatikan faktor alam.

"Mereka tidak tahu jika ombak selatan tinggi, karangnya curam, akhirnya ya begitu (terseret)," ujarnya. "Santri Depok itu tidak tahu jika arah angin pada saat mereka datang lagi tinggi," ujar Ridwan.

Saat ditanya mengenai mitos wisatawan luar Garut kurang bersahabat dengan pantai selatan, Ridwan mengatakan jika mitos itu hanya kepercayaan masyarakat yang sering dikaitkan dengan unsur mistis.

Ridwan lantas mencontohkan, soal adanya warga yang bermimpi bakal adanya musibah yang menimpa wisatawan. "Kalau soal dua pekan sebelum puasa dan sesudah Lebaran, warga luar Garut jangan berenang di pantai selatan takut terseret, itu memang mitos. Walaupun ada benarnya buktinya kemarin (delapan korban) ada yang mimpi dulu," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mitos Nyi Roro Kidul

Cerita angker mengenai keganasan pantai selatan Garut memang tidak bisa dilepaskan dari mitos legenda Nyi Roro Kidul. Sebagian warga pantai selatan Garut meyakini betul jatuhnya korban merupakan bentuk murkanya sang penguasa laut pantai selatan tersebut.

"Kalau ditanya kuncen (juru kunci) di pantai selatan, memang fenomenanya seperti itu. Dan pada saat bersamaan memang ada fakta wisatawan terseret," kata dia.

Menurut dia, kuatnya cerita mistik Nyi Roro Kidul karena lamanya cerita yang berkembang akan kepercayaan itu di masyarakat. "Seperti kejadian-kejadian kemarin (terseretnya delapan korban). Itu, kan, ada yang bilang karena Nyai tidak berkenan," ujarnya.

Hal tersebut diamini Lilis Nani Sumarni, salah seorang warga Cikelet. Ia mengakui, cerita mistis Nyi Roro Kidul memang sulit dilepaskan dari kebiasaan masyarakat sepanjang pantai selatan Jawa tersebut.

"Memang cerita dari orangtua dulu juga sudah begitu. Jika ada korban (meninggal), berarti lagi minta tumbal," kata dia.

Namun seiring berjalannya waktu, Nani tidak begitu meyakini mitos itu. Menurut dia, setiap kejadian di pantai selatan, termasuk terseretnya wisatawan, merupakan kehendak Yang Maha Kuasa.

"Ya, intinya kita harus hati-hati saja saat berada di laut. Soal cerita itu (Nyi Roro Kidul) silakan tanya pada yang lebih tahu," ujar dia.

Camat Caringin, Engkos Hardy Suhardja, mengakui kisah mistis legenda Nyi Roro Kidul memang sulit dilepaskan dalam kehidupan masyarakat pantai selatan Garut, Jawa Barat. "Memang sudah lama berkembang di masyarakat Garut selatan dan sulit dipisahkan," kata dia.

Namun, ia menilai fenomena terseretnya para wisatawan di pantai selatan murni karena kelalaian dan minimnya informasi akan kondisi laut yang terkenal memiliki ombak yang ganas. "Kan, kalau warga di sekitar ini situasional saja. Apalagi ini kan musim peralihan ke musim kemarau, ombak biasanya tinggi," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.