Sukses

Nyala Lilin Save KPK hingga Topeng Wajah Dukung Novel Baswedan

Berbagai daerah bersuara mendukung pengusutan kasus serangan air keras pada Novel Baswedan.

Liputan6.com, Pekanbaru - Ratusan lilin berbentuk tulisan 'Save KPK' dinyalakan komunitas antikorupsi di Riau sebagai bentuk solidaritas terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, yang diserang air keras usai salat Subuh‎ di Masjid Al-Ikhsan, Selasa, 11 April 2017.

Bertempat di lapangan purna MTQ, Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru, perwakilan gerakan itu, Taufik, menyebut ratusan lilin yang dinyalakan sebagai bentuk perlawanan terhadap korupsi dan dukungan kepada Novel yang mengalami teror akibat pengungkapan kasus yang tengah dilakukannya.

Taufik menyebut, penyiraman yang dilakukan dua pelaku itu merupakan bentuk kegalauan dari koruptor-koruptor yang kasusnya tengah dibidik KPK, khususnya kasus penanganan oleh Novel.

"Kami menilai ini sebagai bentuk kegalauan saja, kerisauan. Apa yang dilakukan koruptor dengan memerintah penyiraman ini tidak akan berefek, ini menguatkan pengungkapan kasus korupsi dan simbol perlawanan korupsi," kata Taufik, Selasa malam.

Taufik menyatakan KPK tidak akan mengendur dengan aksi ini. Dia optimistis KPK makin gencar menangani kasus yang tengah diusut, di antaranya dugaan korupsi e-KTP yang mulai mengungkap keterlibatan politikus di Indonesia.

Dia juga mengharapkan masyarakat di Riau terus mendukung KPK dalam memberantas korupsi. Pasalnya, di Bumi Lancang Kuning masih banyak kasus, baik yang berkaitan dengan APBD hingga sumber daya alam yang sudah lama disorot KPK.

"Masyarakat Riau harus dukung KPK, masih banyak korupsi yang harus diusut. Dengan dukungan ini, KPK bisa menjadi garda terdepan bersama masyarakat mengungkap korupsi di daerah kita ini," kata Taufik.

Kegiatan penyalaan lilin itu juga diikuti tokoh masyarakat Riau, seperti Al Azhar, sejumlah LSM seperti Forum Indonesia untuk Transparansi‎ Anggaran, aktivis lingkungan hidup dari Walhi dan Riau Coruption Trial.

Perwakilan dari Fitra wilayah Riau, Triono Hadi‎, dalam penyampaiannya menyebut Novel Baswedan sudah sejak lama menjadi sasaran koruptor kelas kakap di Indonesia. Yang terbaru pada 2016 ketika kasus dicuatkan kembali ke permukaan.

"Kemudian ini tidak mempan dengan jeratan hukum, dan saat ini dilakukan dengan bentuk teror," kata Triono.

Dia menjelaskan, saat ini Novel merupakan juara penyidik KP‎K dengan penyidikan mega proyek e-KTP. Kasus ini, disebut dia, merugikan negara yang setara dengan APBD di Kabupaten Bengkalis Riau.

"Sudah ada dua tersangka, kemudian menyasar ke partai politik, bahkan ada yang sudah dicekal," kata dia.

Triono menyebut kejadian yang dialami Novel tidak berdiri sendiri. Hal itu, kata dia, merupakan rangkaian yang dilakukan KPK ataupun Novel sebagai aktornya di KPK.

"Ribuan pegawai KPK, lima pimpinan dan 60 penyidiknya bisa mengalami hal serupa, jika tidak didukung masyarakat,‎" ucap Triono.

"Harus didukung, masih banyak kasus korupsi lainnya. Di Riau ini misalnya, korupsi APBD dan sumber daya alam," sambung dia.

Sementara tokoh masyarakat Riau, Al Azhar menolak menyebut aksi itu sebagai tindakan biadab. Dia menyebut apa yang dialami Novel tidak bisa dipisahkan dengan tugas yang tengah dilakukan Novel, baik penanganan kasus korupsi sebelumnya ataupun yang saat ini dilakukan.

"Akal sehat kita pun sulit menerima kalau ada orang yang mengatakan ini bukan bagian pelemahan kita KPK.‎ Ini adalah rangkaian upaya melakukan pelemahan terhadap KPK," kata Al Azhar.‎

[vidio:]()

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Topeng Wajah Novel Baswedan

Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Front Mahasiswa Nasional (FMN) cabang Medan, Sumatera Utara, mendesak Presiden Joko Widodo mengusut tuntas kasus teror terhadap Novel Baswedan.

Dukungan diberikan FMN melalui aksi solidaritas mendungkung pengusutan kasus teror terhadap Novel Baswedan yang digelar di Bundaran Mayestik, Jalan Gatot Subroto, Kota Medan, Selasa malam.

"Kami mendesak pemerintah Indonesia terhadap teror kepada Novel Baswedan. Kami juga mendesak kepada Polri untuk segera menangkap para pelakunya," kata koordinator aksi solidaritas Janter Purba.

Selain mendesak pengusutan teror yang dialami oleh salah satu penyidik lembaga antirasuah tersebut, mahasiswa juga meminta kepada pemerintah Indonesia melindungi seluruh penyidik KPK dari aksi teror dan pelemahan KPK dalam Pemberantas Korupsi di Tanah Air.

Janter menyebut, teror yang dialami Novel Baswedan tidak terlepas dari penanganan kasus korupsi yang tengah ditangani KPK, dimana Novel selaku penyidik yang menangani kasus.

"Kami memberikan dukungan penuh terhadap Novel Baswedan dalam pemberantasan ‎korupsi. Sebagaimana diketahui, kasus korupsi E-KTP yang sedang menjadi isu hangat," ujar dia.

‎Aksi solidaritas ini diwarnai dengan hiasan lilin dan pemakaian topeng wajah Novel Baswedan. Hal itu melambangkan hukum di Indonesia yang tengah diusik dan terus mendapat teror.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.