Sukses

Ajib, Ada Bangunan Usia 350 Tahun di Kampung Arab

Pasangan bukan mukhrim dilarang selfie di kampung Arab.

Liputan6.com, Palembang - Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, bersama rombongan besar akan berkunjung dan berlibur ke Indonesia. Mereka dijadwalkan di Indonesia dalam kurun 1-9 Maret 2017. Agenda ini pun memicu tren heboh Arab. Beragam persiapan spesial digelar untuk menyambut para tetamu itu.

Terkait kunjungan rombongan Arab ini, Indonesia sudah lama memiliki kekayaan budaya yang berbau Arab. Banyak jejak yang masih tersisa para pendatang-pendatang negeri Arab yang menetap di sini. Di berbagai daerah ada kampung Arab, sebutan untuk kawasan yang menjadi tempat tinggal komunitas warga keturunan Arab itu.

Salah satu kampung Arab itu ada di Palembang, Sumatera Selatan. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan intensif mengembangkan Kampung Arab 13 Ulu Palembang sebagai salah satu destinasi wisata sejarah andalan. Latar belakang sejarah yang unik menjadikannya layak sebagai salah satu destinasi Kota Pempek itu.

Dari pengamatan Liputan6.com, terlihat perkawinan kebudayaan yang menarik di kampung Arab ini. Memasuki lorong di Jalan KH Azhari Kelurahan 13 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu (SU) II Palembang, para pengunjung langsung disuguhi pemandangan bangunan bersejarah. Beberapa bangunan berusia 350 tahun.

Kendati dihuni warga keturunan Arab, bangunan tempat tinggal warga justru sangat kental dengan budaya Palembang. Hunian penduduk setempat didominasi rumah limas -rumah panggung khas Palembang. Kayu menjadi material utama rumah tersebut. 

Bangunan limas tidak hanya digunakan sebagai hunian warga. Bangunan itu ternyata juga difungsikan sebagai madrasah dan Taman Pendidikan Alquran setelah ditinggalkan salah seorang warga yang pindah ke kawasan 16 Ulu.

"Rumah di sini asalnya dari nenek moyang kami sekitar 300 tahunan yang lalu. Salah satu pendirinya yaitu Abdul Rahman Bin Muhammad Al-Munawar," ucap Muhammad, seorang tokoh setempat.

Kampung Arab juga dikenal dengan nama Kampung Al Munawar. Sebutan itu disematkan karena suku Al Munawar yang menjadi cikal bakal penduduk kampung tersebut. Terdapat 75 kepala keluarga mendiami Kampung Arab. Mereka semua merupakan keluarga besar dari daerah Yaman, Arab Saudi.

Kini, penduduk kampung Arab sudah mencapai generasi ke-9. Kebanyakan perempuan kampung Arab memilih menjadi ibu rumah tangga, walau ada sebagian yang berkarir. Salah satunya menjadi dosen. Sedangkan mayoritas laki-lakinya menggeluti perdagangan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Larangan Selfie Pasangan Bukan Mukhrim

Kampung Arab Al-Munawar sudah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Sumsel dan Pemerintah Kota Palembang sebagai kampung Islami dan destinasi wisata sejarah di Palembang. Untuk bisa masuk ke kawasan ini, ada larangan khusus yang tidak boleh dilanggar oleh para pengunjung, terutama bagi pasangan yang belum menikah.

Ketua Paguyuban Kampung Al-Munawar Kelurahan 13 Ulu Palembang, Syarif, mengatakan mereka selalu menerapkan pendidikan agama di lingkungannya. Hal itu juga berlaku bagi para pengunjung lainnya.

Beberapa larangan yang diterapkan yaitu dilarang menggunakan pakaian terbuka. Untuk pria, tidak diperbolehkan menggunakan celana pendek, sedangkan untuk wanita dilarang menggunakan baju yang membuka aurat dan harus tertutup, walaupun tidak diwajibkan menggunakan kerudung atau jilbab.

Aturan lainnya adalah larangan foto selfie berdua bagi pasangan yang belum menikah. Larangan tersebut guna untuk terus menjaga suasana religius di kampungnya. Terlebih masih banyak anak-anak yang tinggal di sana.

"Karena spot foto di sini banyak, jadi kami melarang foto selfie bagi yang bukan muhrim dan belum sah suami istri," kata dia kepada Liputan6.com, seusai Peresmian Kampung Arab Al-Munawar Sebagai Destinasi Wisata Heritage dan Religi Palembang, Sabtu, 11 Februari 2017.

Wali Kota Palembang Harnojoyo mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan sesepuh Kampung Arab Al-Munawar Palembang untuk pembenahan lebih lanjut, seperti pengadaan homestay untuk para pengunjung.

"Semua keunikan di sini bisa menjadi daya tarik pariwisata, terlebih bagi para pengunjung yang ingin menikmati suasana religi," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini