Sukses

Jeritan Hati Sopir Taksi Argo di Kota Gudeg

Para sopir taksi konvensional mengaku resah dengan menjamurnya taksi online di Kota Yogyakarta.

Liputan6.com, Yogyakarta - Seribu sopir taksi di Kota Yogyakarta, menggelar unjuk rasa menolak kehadiran transportasi berbasis aplikasi online atau taksi online. Para pengunjuk rasa yang tergabung dalam Komunitas Pengemudi Taksi Argometer Yogyakarta (Kopetayo) ini mengaku resah dengan menjamurnya Grab, Go Car, dan Uber yang dianggap mematikan mata pencaharian mereka.

Aksi protes dimulai sejak Jumat pagi tadi sekitar pukul 07.00 hingga 11.30 WIB. Mereka memarkir taksi di Taman Parkir Abu Bakar Ali dan berjalan kaki menuju ke Alun-Alun Utara Kota Yogyakarta. Tidak hanya itu, mereka juga berorasi di Titik Nol Kilometer.

"Kami protes ke pemerintah daerah supaya menolak Grab, Uber, dan Go Car karena itu bukan taksi legal, taksi online ilegal," ucap Rudi Kamtono, koordinator aksi yang juga merupakan sopir taksi Indra Kelana, Jumat (17/2/2017).

Ia berpegang pada ucapan almarhum Sigit Riyanta, Kepala Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang sudah meninggal beberapa waktu lalu. Saat itu, menurut Rudi, Sigit mengatakan taksi online tidak bisa beroperasi di Yogyakarta, kecuali bekerja sama dengan taksi yang sudah ada.

Seribu sopir taksi di Yogyakarta, menggelar unjuk rasa menolak kehadiran taksi online. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Maraknya taksi online, kata dia, mengakibatkan para sopir taksi argometer mengalami penurunan pendapatan secara drastis. Bahkan, sampai tidak bisa setor ke operator masing-masing. Mereka wajib setor sebesar Rp 270.000-Rp 280.000 per hari.

"Dua bulan lalu kami masih bisa mengantongi pendapatan kotor Rp 500.000 per hari, namun saat ini paling banyak Rp 200.000 per hari," ujar dia.

Menurut Rudi, jumlah peserta aksi kali ini belum seberapa karena total taksi argometer di Yogyakarta mencapai 1.200 unit. Melalui aksi ini, ia berharap Sri Sultan HB X terketuk hatinya untuk memperhatikan nasib pengemudi taksi argometer.

Seribu sopir taksi di Yogyakarta, menggelar unjuk rasa menolak kehadiran taksi online. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Rudi juga tidak menampik bahwa secara umum taksi online sukar dibedakan dengan taksi argometer karena menggunakan mobil pribadi. Namun, para sopir taksi sudah bisa membedakan karena melihat gelagat penumpang yang menunggu kendaraan di tepi jalan sembari mengoperasikan telepon selulernya terus-menerus.

Ia bercerita, nyaris ada kejadian sopir taksi argometer dengan sopir taksi online bentrok di Giwangan, tiga hari lalu. Namun, bentrokan bisa dicegah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.