Sukses

Bengawan Solo Meluap Sampai Bojonegoro, 1000 Warga Mengungsi

Sejauh ini ada tiga desa terisolasi akibat luapan Sungai Bengawan Solo, tapi warga masih enggan mengungsi.

Liputan6.com, Bojonegoro - Seribuan warga Kabupaten Bojonegoro mengungsi dan meninggalkan permukimannya yang terendam luapan Bengawan Solo. Luapan sungai terpanjang di Pulau Jawa itu menggenangi 58 desa di sembilan kecamatan dan terus meninggi sejak dua hari terakhir.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Andik Sudjarwo menjelaskan, seribuan warga korban banjir luapan Bengawan Solo itu mengungsi ke sejumlah lokasi, seperti Gedung Serbaguna di Kelurahan Ledokwetan, Kecamatan Kota, tenda pengungsian di Desa Ngulanan, Kecamatan Dander, dan lokasi lainnya.

Di Gedung Serbaguna, jumlah pengungsi terus bertambah dari semula 97 jiwa menjadi 299 jiwa. Pengungsi berasal dari warga Kelurahan Ledokwetan dan Ledokkulon, Kecamatan Kota.

"Kalau memang ketinggian air Bengawan Solo terus meningkat, jumlah pengungsi jelas akan terus bertambah," kata Andik, dilansir Antara, Jumat (2/12/2016).

Meski demikian, menurut dia, banyak warga yang permukimannya terendam air banjir Bengawan Solo belum bersedia mengungsi. Mereka adalah warga Desa Lebaksari, Kadungrejo dan Kalisari di Kecamatan Baureno. Padahal, tiga desa ini sudah terisolasi air banjir luapan Bengawan Solo setinggi 0,50-1,5 meter, baik di jalanan maupun tempat lainnya.

"Di sejumlah titik pengungsian juga dibuka dapur umum, selain posko kesehatan," kata Andik.

Jumlah warga yang terkena dampak banjir luapan Bengawan Solo mencapai 4.604 kepala keluarga (KK) yang 1.057 jiwa di antaranya mengungsi. Sebanyak 58 desa yang terendam air itu tersebar di sembilan kecamatan, meliputi Kecamatan Kota Trucuk, Baureno, Kanor, Sumberrejo, Balen, Kapas, Dander, dan Kalitidu.

Genangan banjir juga merendam 3.826 hektare sawah dengan kondisi terparah di sejumlah desa di Kecamatan Baureno yang  mencapai 1.547 hektare. Banjir juga merendam ratusan hektare kebun palawija, prasarana dan sarana umum, seperti jalan desa, jembatan, lembaga pendidikan dan tempat ibadah.

Data di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo menyebut ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro terus naik menjadi 1.514 meter pada Jumat pukul 04.00 WIB.
    

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kulon Progo Siaga Longsor

Sementara itu, insiden longsor terjadi di sekitar 91 lokasi di lima kecamatan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, selama November 2016 yang dipicu hujan dengan intensitas tinggi.

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kulon Progo Hepi Eko Nugroho mengatakan, tanah longsor tersebut terjadi di Kecamatan Kokap, Pengasih, Girimulyo, Samigaluh, dan Kalibawang.

"Dari lima kecamatan tersebut, titik longsor paling banyak di Kecamatan Girimulyo, Samigaluh dan Kokap, baik tanah longsor yang menimpa rumah warga dan menutup akses jalan," kata Hepi di Kulon Progo, Kamis, 1 Desember 2016.

Ia mengatakan jumlah titik lokasi bencana pada November meningkat signifikan dibanding Oktober, yakni 23 titik tanah longsor. Selain itu, kejadian bencana banjir juga melanda lima lokasi pada waktu berbeda sepanjang November.

Bencana terjadi di Seling (Temon), Jatimulyo (Girimulyo), dan Gotakan (Panjatan). Ada juga kejadian pohon tumbang di beberapa wilayah, tetapi tidak signifikan.

"Sampai saat ini tidak ada korban jiwa akibat bencana tersebut. Adapun kerusakan bangunan masih dalam kategori ringan hingga sedang," kata dia.

Kepala BPBD Kulon Progo Gusdi Hartono mengatakan, sebanyak 12 kecamatan di Kulon Progo terkena bencana banjir, tanah tanah longsor dan pohon tumbang.

Wilayah selatan meliputi Temon, Panjatan, Wates, Galur, Lendah, dan Sentolo terjadi banjir. Kemudian, wilayah utara meliputi Kecamatan Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang dan Nanggulan terjadi tanah longsor.

"Dari 12 kecamatan tersebut, lokasi paling parah terjadi banjir berada di Wates, Panjatan, dan Temon. Di tiga kecamatan ini sungai dan tanggul-tanggul jebol karena tidak mampu menampunh debit air besar. Selanjutnya, Samigaluh merupakan kecamatan yang lokasi paling banyak terjadi tanah longsor," kata Gusdi.

Ia mengatakan pada kejadian bencana ini tidak ada korban jiwa. Tim Tagana dan TRC serta petugas Kampung Siaga Bencana (KSB) bekerja cepat membantu masyarakat.

"Kami berupaya menangani bencana dengan cepat. Kami tetap siap siaga di lapangan," kata Gusdi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.