Sukses

Derita Korban Longsor dan Banjir di Brebes

Dalam beberapa hari terakhir, longsor dan banjir menerjang sejumlah wilayah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Liputan6.com, Brebes - Dalam beberapa hari terakhir, hujan dengan intensitas tinggi terjadi hampir merata di seluruh wilayah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Akibatnya, sebuah ruas jalan kabupaten yang berada di Dukuh Mlengseng, Desa Kaliloka, Kecamatan Sirampog, longsor dan akses jalan antardesa setempat terputus.

Adi (50) warga Desa Kaliloka Sirampog mengatakan, ruas jalan kabupaten yang longsor terjadi pada Sabtu, 17 September 2016 sekitar pukul 17.00 WIB.

Saat itu, kata dia kondisi masih diguyur hujan terus-menerus sejak dua hari terakhir. Akibatnya, ruas jalan penghubung antardesa sepanjang 50 meter longsor dan warga tidak dapat melintasi jalan tersebut.

"Hujannya terus-terusan mas di sini, mungkin itu yang membuat jalan itu longsor. Sebelum longsor itu terjadi, warga sempat mendengar suara getaran dan seperti benda keras yang terjatuh ke tanah. Awalnya dikira gempa, tapi ternyata setelah dicek ruas jalan longsor," ucap Adi di Brebes, Jateng, Minggu, 18 September 2016.

Ruas jalan sepanjang 50 meter yang longsor itu, berada di areal persawahan dan tidak jauh dari permukiman warga Dukuh Mlengseng. Lokasi ruas jalan yang longsor itu berjarak lebih dari 70 kilometer dari Brebes Kota.

"Namun saat kejadian tidak ada warga yang melintas, baik menggunakan sepeda motor, sepeda ataupun kendaraan roda empat atau lebih," tutur dia.

Adi menjelaskan, ruas jalan yang terputus sepanjang 50 meter dengan lebar empat meter itu merupakan akses jalan utama warga di Kecamatan Sirampog yang akan menuju ke Kecamatan Bumiayu.

"Ruas jalan yang longsor itu hingga ketinggian empat meter. Padahal, ruas jalan itu merupakan jalur utama menuju ke Bumiayu," ia mengungkapkan.

Akibat ruas jalan yang terputus, lanjut dia, warga harus berputar jauh agar dapat menuju ke Kecamatan Bumiayu.

"Memang ada jalan lain menuju ke Bumiayu. Tapi ya harus memutar jauh sekitar dua kilometer. Kalau jalannya bagus nggak papa, tapi jalan memutar itu kondisinya rusak, karena jalan yang masih tanah dengan bongkahan batu yang ditata. Apalagi ruas jalan itu juga rawan longsor," kata dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Gotong Royong Buat Jalan Setapak

Ruas jalan yang longsor di Desa Kaliloka, Sirampog, Brebes, memang telah dilaporkan ke pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

Namun, warga setempat secara sukarela dan gotong royong pada Minggu, 18 September 2016, melakukan penanganan darurat di lokasi ruas jalan yang longsor. Mereka membuat jalan setapak sementara agar dapat dilewati warga setempat meskipun hanya jalan kaki untuk beraktivitas sehari-hari.

"Mulai Minggu pagi kami bersama warga sini gotong royong buat jalan setapak. Karena jalan ini akses utama warga sini. Apalagi banyak anak sekolah yang jalan kaki lewat jalan ini," ucap Abdul (40) warga setempat yang ikut membantu membuat jalan setapak menggunakan tumpukan bongkahan batu.

Warga berharap bantuan dari pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Brebes untuk membantu membangun ruas jalan yang longsor tersebut.

"Kami warga berharap bantuan dari pemerintah, ini ruas jalan utama. Jalan yang longsor seperti ini tentu saja mengganggu aktivitas warga. Selain itu juga mengganggu perekonomian masyarakat karena kendaraan roda empat tidak dapat melintas," tutur dia.

3 dari 5 halaman

500 Karung Tanah di Titik Longsor

Guna mengantisipasi longsor susulan di ruas jalan kabupaten, sebanyak 500 karung tanah dipasang untuk menguatkan jalan setapak yang dibuat warga setempat. Kepala Desa Kaliloka, Nanang Khakim mengatakan, pihaknya telah melapor kejadian tersebut ke BPBD Brebes seusai kejadian.

Saat ini, kata dia, warga secara gotong royong telah memasang 500 karung tanah sebagai penguat jalan setapak. Terutama, agar aktivitas warga tetap berjalan meskipun hanya bisa dilalui dengan jalan kaki.

"Ruas jalan ini merupakan akses utama warga desa ini untuk beraktivitas sehari-hari, seperti, berangkat bekerja, sekolah dan menuju pasar," ucap Nanang.

Menurut dia, warga desa setempat tiap harinya harus melintas jalan tersebut untuk menuju Kecamatan Bumiayu. Bumiayu merupakan daerah sentra perekonomian di wilayah Brebes Selatan.

Nanang menyebut, jika ruas jalan yang longsor itu lantaran sudah tidak mampu menampung resapan air hujan yang turun dengan intensitas tinggi sejak dua hari terakhir.  

Selain itu, juga kondisi jalan di sekitar lokasi yang longsor juga sudah mulai retak-retak dan terancam longsor susulan di ruas jalan itu.

"Jalan raya ini tidak boleh dilewati kendaraan roda dua atau roda empat. Khusus untuk pejalan kaki saja. Warga dibantu TNI juga sudah membuat jalan setapak dan memasang rambu-rambu larangan melintas disini kecuali pejalan kaki," dia memaparkan.

4 dari 5 halaman

Hujan Semalaman, Banjir pun Datang

Tak hanya longsor, banjir juga menerjang sejumlah wilayah di Brebes pada Sabtu, 17 September 2016.

Sejumlah sekolah dasar negeri (SD) favorit di kawasan Kota Brebes, Jawa Tengah, bahkan memulangkan murid. Ruangan kelas terendam banjir, menyusul hujan deras yang mengguyur Brebes sejak Jumat malam sekitar pukul 20.00 WIB hingga Sabtu pagi pukul 08.00 WIB.

"Tadi sempat masuk sebentar, tapi terus disuruh pulang oleh guru karena halaman dan kelasnya kebanjiran," ucap Farah (8) seorang siswa SD Negeri 3 Brebes, Sabtu 17 September 2016.

Dia mengatakan seluruh siswa dipulangkan, sehingga otomatis kegiatan belajar-mengajar ditiadakan.

Tak hanya SD Negeri 3 Brebes yang memulangkan siswanya, SD Negeri 1, SD Negeri 2 dan SD Negeri 8 Brebes juga memulangkan murid-muridnya karena halaman dan kelas sekolah tersebut terendam banjir.

"Sebenarnya tadi sudah sampai di sekolah, diberi pengarahan sama guru sebentar. Tak lama kemudian disuruh pulang oleh guru karena banjir," ucap Aziz (9) seorang siswa SD Negeri 2 Brebes.

Banjir menggenangi jalanan, sekolah, perkantoran hingga RSUD Brebes, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Sejumlah wali murid juga terlihat sibuk menjemput anaknya untuk pulang ke rumah. Kota Brebes termasuk salah satu kawasan yang rawan banjir.

Berdasarkan pantauan Liputan6.com, ketinggian air di kawasan tersebut antara 5-50 centimeter. Di SD Negeri 3 Brebes, dari belasan ruang kelas yang ada, hanya menyisakan tiga ruang kelas yang tidak tergenang air lantaran berada di lantai dua gedung sekolah.

Sedangkan seluruh ruangan kelas di lantai bawah lantainya tergenang air hingga ketinggian 5-10 centimeter.

Menurut Kepala Sekolah SD Negeri 3 Brebes Junaedah, banjir yang merendam sekolahnya ini merupakan yang pertama kalinya. "Baru yang pertama kali banjir seperti ini, air sampai masuk ke dalam ruang kelas. Akibatnya belajar-mengajar terganggu dan siswa dipulangkan lebih awal dan dilanjutkan belajar di rumah."

Ia menyebut, genangan air yang masuk hingga ke dalam halaman dan ruangan kelas diduga lantaran drainase yang tidak berfungsi secara normal.

"Mungkin drainase jalannya yang tidak berfungsi secara normal. Atau mungkin karena intensitas hujan yang terjadi semalaman hingga pagi tadi membuat air yang turun terlalu banyak dan menggenang," tutur dia.

Selain di sekolah, sejumlah ruas jalan di perkotaan juga terendam banjir. Di Kelurahan Brebes, Kelurahan Limbangan, dan Kelurahan Pasarbatang, jalanan tergenang air dengan ketinggian mencapai 30 centimeter.

Bahkan, tak hanya jalan dan halamannya. Puluhan rumah bahkan kebanjiran.

5 dari 5 halaman

Bangsal Rumah Sakit Terendam

Hujan deras yang menyebabkan banjir juga melanda Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Brebes. Sejumlah bangsal terendam banjir hingga ketinggian mencapai 50 centimeter.

Akibatnya, pasien yang tengah dalam perawatan terganggu. Termasuk juga ruang bersalin dan perawatan bayi yang harus dipindahkan ke ruang IGD setempat.  

Samuan (52) seorang keluarga pasien di RSUD Brebes, mengatakan, air mulai memasuki ruangan perawatan inap sejak Sabtu, 17 September 2016 dini hari sekitar pukul 02.00 WIB.

"Sudah dari Sabtu dini hari tadi mas, air masuk ke ruangan rawat inap. Karena air semakin tambah tinggi, akhirnya ruang dipindahkan ke tempat lain," ucap Samuan.  

Ia menyebut, ketinggian air akibat banjir yang masuk ke dalam ruang perawatan mencapai 50 centimeter.

"Jelas terganggulah mas, anak saya lagi sakit tapi kok tempatnya malah kebanjiran seperti ini," dia mengeluh.

Direktur RSUD Brebes dr Oo Suprana mengatakan, pihaknya telah berupaya menyedot air dengan menggunakan empat pompa air. Air yang masuk pun semakin berkurang.

"Kita upayakan penyedotan air dengan empat mesin pompa. Akan tetapi, jika kemungkinan terburuk hujan terus turun dan air semakin tinggi, kami sudah menyiapkan ruangan lain untuk dilakukan evakuasi," ucap Oo Suprana.  

Selain sekolah dan RSUD Brebes, sejumlah instansi lain seperti perkantoran, pendopo Rumah Dinas Bupati juga sempat kebanjiran. Diduga, banjir yang terjadi lantaran buruknya kondisi drainase perkotaan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini