Sukses

Hiu Paus Menghilang dari Pantai Gorontalo

Masyarakat harus memahami, hiu paus merupakan hewan liar dan bukan hewan peliharaan.

Liputan6.com, Gorontalo - Sudah beberapa hari terakhir, kawanan hiu paus di perairan Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo tak lagi muncul ke permukaan.

Ketua Kelompok Sadar Wisata Hiu Paus, Yansur Pakaya mengatakan terakhir kali hiu paus muncul pada Jumat 12 Agustus 2016.

"Sejak saat itu sampai Senin ini kami belum melihat ada hiu paus yang datang, meskipun nelayan setempat menyebarkan limbah udang yang jadi makanan mereka di laut," kata Yansur di Gorontalo, seperti dikutip dari Antara, Senin (15/8/2016).

Sejak hiu tersebut tidak tampak, aktivitas wisata di lokasi tersebut berhenti total. Hewan itu memang menjadi alasan utama wisatawan datang dan turun ke laut.

Puluhan perahu yang biasanya mengangkut pengunjung hanya terparkir di bibir pantai. Sementara warga setempat ramai berkumpul di pantai menanti kabar mengenai keberadaan hiu paus. "Kemarin ada nelayan yang melihat seekor hiu paus bermain selama lima menit, tapi lokasinya berada jauh dari zona wisata," ucap Yansur.

Peneliti dari Whale Shark Indonesia dan World Wild Fund for Nature (WWF), Casandra Tania menuturkan, kemungkinan penyebab menghilangnya hiu paus dari perairan Botubarani lantaran faktor makanan.

"Kemungkinan karena makanan tidak cukup di perairan tersebut, sehingga hewan ini mencari makan di perairan lain," ujar Casandra.

Hiu Paus

Peneliti lainnya dari Whale Shark Indonesia, Mahardika Rizqi Himawan mengatakan, hiu paus biasanya akan menjelajahi perairan yang memiliki banyak makanan, seperti plankton dan ikan berukuran kecil.

"Harus ditelusuri juga apakah penyebabnya adalah masalah lain, misalnya apakah ada cemaran. Atau faktor alam lainnya seperti kemelimpahan sumber makanan di perairan lain," jelas Mahardika.

Dia menambahkan, di Cebu, Filipina, hiu paus juga diberi makan dan model interaksinya sama dengan kondisi di Gorontalo. Namun, sampai saat ini hiu paus di Cebu masih bertahan selama dua tahun terakhir.

Sementara itu Kepala Seksi Pendayagunaan dan Pelestarian Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, Kris Handoko mengatakan, masyarakat harus memahami bahwa hiu paus merupakan hewan liar dan bukan hewan peliharaan. Hewan terbesar di dunia itu, lanjut dia, harus dilindungi dari aktivitas wisata yang tidak ramah yang bisa mengakibatkan stres.

Data sementara dari buku tamu di Desa Botubarani pada Mei hingga Juli 2016, terdapat 32.043 pengunjung yang menggunakan perahu, 573 orang yang snorkling, dan 197 orang menyelam. Para peneliti tersebut, sebelumnya telah merekomendasikan hiu paus tidak diberi makan, apalagi secara rutin setiap hari oleh para pengunjung seperti di Botubarani.

Alasannya hewan tersebut tidak akan mendapatkan nutrisi penuh dari makanan yang diberikan pengunjung bila dibandingkan mencari makan secara alamiah. Selain itu, hiu paus secara alami tidak menghabiskan banyak waktu di permukaan air, serta bisa terluka karena bergesekan dengan badan kapal saat diberi makan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini