Sukses

Macan Dahan Sekeluarga Mengungsi ke Hutan Mangrove

Macan-macan itu mengandalkan ikan sebagai sumber makanan mereka.

Liputan6.com, Dumai - Pengelola objek wisata Bandar Bakau di Kota Dumai, Darwis Moh Saleh, menyebutkan sejak sebulan lalu di kawasan pesisir Provinsi Riau itu terpantau kemunculan spesies kelompok satwa liar berupa empat ekor macan dahan.

Empat ekor macan dahan terdiri dua anak dan dua dewasa ini tanpa disengaja terlihat pengelola bandar bakau. Macan-macan itu tanpa diketahui asal-usul dan kini hidup dengan memakan ikan yang mudah didapatkan dari pinggir bibir pantai sekitar kawasan tersebut.

"Sudah sebulan ini kami memantau empat ekor macan dahan hidup berkeliaran di areal bandar bakau seluas 20 hektare, dan diduga mereka berpindah dari habitat asli yang rusak," kata Darwis, di Dumai, dikutip Antara, Senin, 18 April 2016.

Pihak pengelola bandar bakau sejauh ini belum mengetahui letak sarang empat ekor hewan berwarna cokelat abu-abu itu untuk hidup berkelompok di lokasi hutan mangrove tersebut.

Kemunculan hewan liar ke lokasi destinasi wisata alam di Dumai ini, lanjut dia, diharapkan bisa ditindaklanjuti dengan mengkonservasi supaya tidak beralih ke kawasan lain.

"Habitat asli macan dahan di hutan mangrove, dan kita akan berupaya melakukan konservasi kawasan agar satwa ini hidup dan berkembang secara alami di areal bandar bakau Dumai yang memiliki 24 jenis mangrove," ia menerangkan.

Bandar bakau yang dikelola kelompok pencinta alam bahari di Dumai ini juga telah menjadi habitat hidup bagi sejumlah satwa lain, seperti ayam hutan, burung punai, persinggahan burung enggang, ular tiung, musang, kera dan berbagai jenis ikan dan hewan laut.

Karena sudah menjadi habitat baru sejumlah satwa, dia berharap pemerintah dapat membebaskan kawasan bandar bakau ini dari areal penguasaan PT Pelindo setempat supaya bisa dikelola sepenuhnya oleh daerah.

Bandar bakau ini juga potensi destinasi wisata air dan alam Dumai karena punya jenis mangrove terlengkap di Riau dan sering menjadi lokasi penelitian para ilmuwan dan akademisi dari perguruan tinggi di berbagai daerah.

"Pengunjung umum dalam setahun mencapai 32.390 orang, di luar para ilmuwan dan peneliti mangrove, karena itu diharapkan pemerintah bisa berupaya mengelola penuh objek wisata ini," kata Darwis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini