Sukses

Tangis Puti Saat Kunjungi Rumah Kelahiran Bung Karno

Usai dari rumah kelahiran sang proklamator, Puti bergeser ke tempat Bung Karno menjalani kehidupan masa remaja.

Liputan6.com, Surabaya - Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Jawa Timur (Jatim) Puti Guntur Soekarno menangis saat mengunjungi rumah kelahiran kakeknya, Presiden Pertama RI Sukarno di Jalan Pandean, Kelurahan Peneleh, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (22/1/2018).

Ia menegaskan, pemilik rumah dan kampung Pandean harus bangga, karena dari rumah seluas 5 x 14 meter persegi itulah lahir tokoh besar, yang menjadi pemimpin Republik Indonesia di kemudian hari, Bung Karno.

"Saya ditugaskan ke Jawa Timur untuk menjadi Calon Wakil Gubernur, mendampingi Gus Ipul (Saifullah Yusuf). Kami berdua diberikan tugas dan misi untuk ambil bagian menyejahterakan rakyat," kata Puti.

Di sela sambutan, kata-kata Puti mendadak terhenti. Isak tangis pun pecah hingga membuat semua orang yang hadir terdiam.

"Saya serasa pulang kampung. Saya bersyukur bisa datang ke ini, tempat kelahiran kakek saya," katanya terbata-bata, disela isak tangis. Warga pun memberikan semangat untuk Puti.

"Ya, kita harus semangat," kata Puti.

Menurut Puti, menjadi pemimpin adalah amanah yang sangat berat. Kisah Bung Karno menyemangatinya untuk bekerja optimal bagi Jatim.

"Inspirasi beliau Insyaallah selalu hadir dalam langkah-langkah kita semua," kata Puti.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Geser ke Rumah Indekos

Usai dari rumah kelahiran sang proklamator, Puti bergeser ke tempat Bung Karno menjalani kehidupan masa remaja di rumah indekos, Jl Peneleh VII, milik tokoh Sarekat Islam, Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto.

Memasuki kawasan tersebut, Puti disambut ratusan ibu-ibu yang menyemangati dengan petikan lagu, "Mbak Puti siapa yang punya, Mbak Puti siapa yang punya, yang punya kita semua."

Menurut Puti, di tempat indekos itulah Bung Karno ditempa dengan tiga spirit sekaligus, yaitu keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan.

"Nasionalisme Indonesia sejak awal memang dilahirkan dari dimensi keagamaan yang mengatur nilai-nilai kemanusiaan, seperti keadilan sosial, menghargai perbedaan orang lain, dan mengedepankan musyawarah atau dialog," ucap Puti.

Puti menambahkan, di Surabaya-lah, Bung Karno mendapat tempaan pemikiran dan strategi merebut kemerdekaan dengan dibimbing tokoh Islam seperti HOS Tjokroaminoto.

"Di rumah Pak Tjokro, tempat indekos Bung Karno, saya membayangkan beliau berlatih pidato, berdiri, sambil tangannya menunjuk-nunjuk ke arah penjajah," ujar Puti.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.