Sukses

Menguak Kelebihan Program KJP Nontunai Yang Diusung Ahok

Ahok mengungkapkan kelebihan sistem nontunai yang diterapkannya pada Kartu Jakarta Pintar (KJP).

Liputan6.com, Jakarta Calon gubernur DKI Jakarta nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disebut Ahok, mengungkapkan kelebihan sistem nontunai yang diterapkannya pada Kartu Jakarta Pintar (KJP). Dengan cara nontunai seperti yang selama ini dilakukan, menurut Ahok, ia dapat mengetahui uang subsidi yang diperuntukan bagi pendidikan itu digunakan untuk apa oleh para penerima KJP.

Penerapan sistem nontunai pada KJP juga bertujuan untuk menghindari kemungkinan penggunaan dana yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Ahok menginginkan dana subsidi bagi pelajar tersebut betul-betul digunakan untuk keperluan yang semestinya.

Ahok berujar, karena sistem nontunai pada KJP tersebut, ia kerap menemukan banyak penerima KJP yang suka membeli popok. Ahok berujar, dari kejadian tersebutlah awal mula dirinya menyadari harus mengeluarkan Kartu Jakarta Lansia (KJL).

"Saya jadi tahu kenapa harus keluarkan Kartu Jakarta Lansia, karena saya temukan banyak anak beli pampers (popok). Saya bingung, kok beli pampers? Bukan pampers bayi loh. Begitu kita cek, dia enggak beli daging. Harusnya kan beli daging Rp 35 ribu sekilo. Setelah dicari tahu, ternyata popok tersebut untuk kakek atau nenek si penerima KJP. Oh, ternyata kakeknya itu butuh pampers sehari dua," ujar Ahok.

Dari kejadian tersebut, Ahok berpikir subsidi untuk lansia bisa diberikan menggunakan kartu debit seperti yang diterapkan pada KJP.
Tentunya hal ini akan terlaksana sembari menunggu diterapkannya UU tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

KJL sendiri rencananya, akan menerapkan subsidi yang nantinya diberikan untuk para lansia di DKI Jakarta dengan dana sebesar Rp600 ribu hingga Rp1 juta. Seperti halnya pada penerapan KJL, Ahok juga ingin memastikan pada KJL diterapkan penggunaan sistem nontunai.

Pemegang KJP, diakui Ahok dapat membeli kebutuhan anak-anak yang nilainya tidak murah, misalnya laptop dan sepeda. Uang untuk membeli laptop dan sepeda berasal dari uang sisa KJP selama setahun. Ahok juga menjelaskan, setiap bulan pemegang KJP menerima duit sekitar Rp600 ribu. Artinya, dalam setahun bisa mendapat Rp7,2 juta.

"Pakai uang sisa. Jadi, kalau kamu hemat, sepatu dan tas kamu masih bagus, akhir tahun masih ada sisa uang di tabungan. Nah, kalau setahun cuma pakai belanja gesek-gesek Rp5 jutaan, nah sisa Rp 2 juta itu kamu bisa belanja apa saja " kata Ahok.

Ahok juga menambahkan, meski uang pada KJP tersebut memiliki sisa, uang itu tetap harus dibelanjakan secara nontunai. "Enggak boleh dicairkan, KJP tetap gesek juga, kan dia ada toko. Toko-toko Gramedia atau di mana gitu," tutur Ahok.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat adalah pasangan calon nomor urut dua Pilkada DKI Jakarta 2017
    Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat adalah pasangan calon nomor urut dua Pilkada DKI Jakarta 2017

    Ahok Djarot