Sukses

Gara-Gara Tesla, Permintaan Metal Langka Neodymium Meningkat

Bahan metal langka neodymium untuk membuat motor listrik permanen masih sangat tergantung kepada Cina.

Liputan6.com, Palo Alto Strategi Tesla untuk menggunakan motor magnetik permanen berbahan neodymium di Model 3 Long Range ternyata berdampak besar. Dilansir Reuters, langkah tersebut meningkatkan tekanan terhadap kelangkaan bahan baku metal ini. Selain itu, adanya pembatasan ekspor di Cina membuat bahan tersebut dihindari.

Motor magnetik permanen dinilai lebih ringan, kuat, dan efisien dibanding motor induksi yang menggunakan koil tembaga. Sebenarnya beberapa pabrikan telah menggunakannya, namun langkah Tesla beralih ke motor magnetik permanen menjadi arah tren kendaraan listrik.

Sebuah studi memperlihatkan peningkatan permintaan neodymium sebesar 8,5 persen setiap tahunnya antara tahun 2010 hingga 2017. Harganya sendiri sekarang berkisar US$ 70 per kilogram. Lebih murah dibanding US$ 500 saat Cina membatasi ekspor di tahun 2010. Namun, harga sekarang lebih mahal 40 persen dibanding awal 2017. 

Meskipun disebut sebagai metal langka, pada kenyataannya neodymium banyak ditemukan di berbagai belahan dunia. Tapi, proses ekstraksinya sangat mahal dan sulit. Karena membutuhkan pemisahan dari berbagai metal yang berbeda. Berbeda dengan pemisahan tembaga dari bijihnya yang tergolong sederhana.

Cina merupakan negara yang berinvestasi cukup besar untuk proses ini. Tapi semakin ketatnya peraturan terkait penambangan, peleburan, dan industri yang menghasilkan polusi diperkirakan akan memperlambat pasokan. Selain itu, harga neodymium juga akan semakin mahal akibat stok terbatas.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Salah satu pabrikan yang sudah mengurangi neodymium adalah Toyota. Pabrikan asal Jepang tersebut menggunakan metal langka lanthanum dan cerium yang diklaim lebih murah dan melimpah. Toyota berencana untuk menggunakan magnet tersebut di mobil listrik hingga 10 tahun mendatang.

Cina sebetulnya bukanlah satu-satunya pemain yang menambang metal langka. Pemain lainnya di luar Cina adalah London-listed Rainbow Rare Earths (RBWR.L), Canada-listed Namibia Rare Earths (NRE.V) dan Australia’s Spectrum Rare Earths (SPX.AX).

Hanya saja, sampai saat ini Cina masih menjadi pemain terbesar untuk segmen ini. Menurut Roskill, di tahun 2017 total metal langka yang dihasilkan di Cina mencapai 161.700 ton atau 85 persen dari metal langka yang dihasilkan dalam lingkup global selama 2017.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.