Sukses

Top3: Tuntutan Kepada Honda dan Aksi Wheelie Memalukan

Kasus Honda Civic Turbo belakangan mencuat. Dan akhirnya pihak Honda Prospect Motor menjawab.

Liputan6.com, Jakarta Permasalahan bila tidak dikomunikasikan dengan baik bisa berbuntut tuntutan. Seperti kasus Honda Civic Turbo yang belakangan mencuat. Dan akhirnya pihak Honda Prospect Motor menjawab. Itulah artikel terpopuler kali ini dan berikut ringkasan artikel lainnya:

1. Dituntut Gara-Gara Mesin Civic Turbo, Ini Jawaban Honda Indonesia

Setelah kampanye penarikan kembali untuk diperbaiki atau recall menghantam PT Honda Prospect Motor (HPM), kini pabrikan asal Jepang itu kembali mendapat masalah. Salah satu konsumennya, pemilik Honda Civic Turbo melakukan tuntutan karena masalah mesin mati.

Pemilik bernama Eko Agus Sistiaji ini, lewat kuasa hukumnya, David Tobing, melayangkan surat gugatan untuk pabrikan berlambang huruf H tersebut, karena kecewa dengan mesin mobilnya yang mati total. Selengkapnya baca di sini.

2. Hadapi Tanjakan atau Turunan, Sopir Mobil Matik Harus Tahu Ini

Kebutuhan akan mobil dengan transmisi otomatis saat ini semakin meningkat. Terlebih, dengan kondisi lalu lintas di kota besar, seperti Jakarta dengan kepadatan yang sangat luar biasa.

Dengan menggunakan transmisi otomatis, pengemudi akan sangat mendapatkan kemudahan dan kesenangan dalam berkendara. Namun, saat di tanjakan atau turunan, masih banyak pengendara yang belum bisa mengoptimalkan tenaga dari mobil bertransmisi otomatis. Selengkapnya baca di sini.

3. Ban Copot Saat Wheelie, Malu dan Sakit Jadi Satu

Jangan pernah melakukan aksi wheelie (mengangkat roda depan) sembarangan jika Anda tidak ingin bernasib sama dengan rider yang satu ini.

Berdasarkan unggahan video dari akun Instagram @trailnusantara, seorang pengendara motor bebek mengalami kecelakaan karena roda depan motornya terlepas saat melakukan wheelie. Selengkapnya baca di sini.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Baterai Mobil Listrik Masih Jadi Masalah Besar di Indonesia

Kendaraan ramah lingkungan, seperti mobil listrik, dipercaya bakal menjadi solusi masalah mobilitas di industri otomotif. Namun, mobil nol persen ini masih menjadi pembicaraan yang memang belum terselesaikan di Indonesia.

Saat ini pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memang tengah menyelesaikan rancangan regulasi kendaraan emisi rendah atau Low Carbon Emission Vehicle (LCEV). Kabarnya, regulasi tersebut bisa rampung tahun ini, dan Indonesia sudah mulai menjual berbagai mobil ramah lingkungan dengan harga jual yang lebih rendah.

Dijelaskan Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE)  Kemenperin Harjanto, untuk mengarah ke mobil listrik diperlukan waktu yang cukup, dan tidak akan terjadi cepat.

"Kalau pilihannya ke sini (mobil listrik) silakan, tapi kan butuh waktu, infrastruktur, lalu masalah daur ulang materai, dan sebagainya," jelas Harjanto di sela-sela acara Nissan Future di Marina Sand Bay, Singapura, Selasa (6/2/2017).

Lanjut Harjanto, selain itu, mobil listrik juga bisa menimbulkan pencemaran lingkungan lain. Pasalnya, untuk produksi mobil listrik juga menimbulkan emisi besar di pabrik perakitannya. 

"Kecuali mobil listrik itu sumber tenaganya bukan dari baterai, misalkan pakai matahari, nuklir, dan lainnya. Lalu, listrik itu dibangun power plant, jadi hanya memindahkan emisi dari dalam karena energinya besar," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.