Sukses

Ini Penyebab Utama Kecelakaan Saat Libur Natal dan Tahun Baru

berdasarkan faktor penyebab laka lantas, manusia masih jadi penyumbang terbesar. Mengantuk atau lelah menyebabkan 37 laka lantas.

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah kecelakaan lalu lintas (laka lantas) selama sembilan hari libur natal dan tahun baru mengalami penurunan. Tercatat, jumlah laka lantas tahun ini, turun 23 persen dari periode yang sama di tahun lalu.

Dari data yang diberikan Kasubdit Bin Gakkum Dirlantas Polda Metro Jaya, AKBP Budiyanto, kepada Liputan6.com, jumlah laka lantas tahun ini sebanyak 62 kejadian. Jumlah tersebut turun, dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebanyak 80 kejadian.

Jika berdasarkan faktor penyebab laka lantas, manusia masih jadi penyumbang terbesar. Mengantuk atau lelah menyebabkan 37 laka lantas. Namun, jumlah tersebut memang sudah turun 54 persen dari periode yang sama di tahun lalu, sebanyak 80 kejadian.

Faktor penyebab laka lantas terbesar kedua, melanggar batas kecepatan sebanyak sembilan kejadian, disusul tidak menjaga jarak dan tidak mengutamakan pejalan kaki, masing-masing delapan kejadian.

Sementara itu, berdasarkan waktu kejadian, pukul 18.00 sampai 21.00 menjadi yang terbanyak, yaitu 10 kejadian. Untuk pukul 21.00 sampai 24.00 dan 03.00 sampai 06.00 sebanyak sembilan kejadian.

Sedangkan berdasarkan jenis kecalakaan, tabrak lari paling banyak, yaitu 13 kejadian, tabrak depan-belakang, tabrak pejalan kaki, dan tabrak samping, masing-masing 12 kejadian.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengemudi Saat Lelah Sama Bahayanya Ketika Sedang Mabuk

Para ilmuwan dari UCLA dan Tel Aviv University meneliti pengemudi yang mengalami kelelahan, daya tangkap otaknya saat mengamati dan menilai visual menjadi lambat dan kurang efisien. Hal tersebut, sama berbahayanya ketika mengemudi di bawah pengaruh alkohol.

Melansir Autoexpress, penelitian ini dengan cara memasukan elektroda ke dalam otak pasien, dan mengukur respon dari 1.500 sel otak di daerah yang memproses persepsi dan ingatan visual. Hasilnya, peneliti menemukan bahwa subjek kurang mampu menerjemahkan visual ke dalam pemikiran alam sadar.

Dijelaskan Dr Itzhak Fried, Ilmuwan yang memimpin penelitian, pengemudi yang mengalami kelelahan memberikan pengaruh yang sama terhadap otak ketika terlalu banyak minum-minuman beralkohol.

"Namun, tidak ada standar hukum atau medis untuk mengidentifikasi pengemudi yang berjalan dengan cara yang sama seperti kami menargetkan pengemudi mabuk," jelasnya.

Lebih lanjut Fried menjelaskan, neurons di otak subyek merespon dengan perlahan, dan melepaskan respon dengan lambat dari biasanya. "Jika disamakan saat di belakang kemudi, persepsi dan proses visual akan melambat di otak pengemudi. Butuh waktu lama bagi otak untuk mencatat apa yang dirasakan," tambahnya.

Penelitian terbaru ini melengkapi penelitian sebelumnya yang dilakukan AAA Foundation for Traffic Safety. Dalam penelitian tersebut dikatakan, kehilangan beberapa jam tidur malam, atau kurang tidur, bisa membuat pengemudi hampir dua kali beresiko dengan pengemudi yang tidur tujuh jam atau lebih.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.