Sukses

Nyentrik, Nenek 76 Tahun Ini Kemana-mana Naik Lamborghini

Pabrikan supercar tidak mempertimbangkan potensi konsumen perempuan. Padahal, potensinya sangat besar di masa depan.

Liputan6.com, Zurich - Beberapa remaja laki-laki tidak tahu bagaimana caranya mendekati perempuan. Menurut konsultan bisnis Belinda Parmar, analogi tersebut cocok untuk pabrikan supercar yang tidak mempertimbangkan potensi konsumen perempuan.

Padahal, sebagaimana menurut Reuters, Jumat (29/5/2015), kemandirian finansial perempuan di banyak negara semakin meningkat. Jika tidak beradaptasi, kata Reuters, pabrikan supercar sangat mungkin kehilangan pasar yang besar di masa depan.

Menurut eksekutif Lamborghini, Stephan Winkelmann, hal ini disebabkan karena memang laki-laki lebih banyak berkecimpung di bisnis otomotif. "Dan mobil super adalah puncak dari bisnis tersebut," katanya.

Winkelmann sendiri mengakui bahwa dirinya ingin Lambo dibeli lebih banyak perempuan. Tetapi menurutnya, ia tidak akan melakukan usaha apapun untuk itu, apalagi untuk mengubah pakem desain Lamborghini.

"Setiap perempuan bisa mengendarai mobil itu (supercar)," kata Sonja Heiniger, pemilik perusahaan servis internet asal Swiss yang memiliki lima supercar, empat Lamborghini serta satu Porsche.

"Jika pabrikan hanya mempertimbangkan konsumen laki-laki, maka itu sangat disayangkan," kata perempuan berusia 76 tahun tersebut. Tentu bukan hanya disayangkan, hal ini juga berpotensi menghilangkan keuntungan yang mungkin diperoleh.

Beberapa fakta pun menunjukkan hal yang seragam. Misalnya, di Amerika Serikat (AS), 10 persen pembeli Lamborghini dan Ferrari adalah perempuan. Bahkan di Tiongkok. 40 persen pembeli Porsche adalah perempuan.

(rio/gst)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.