Sukses

Gajah Mati Setelah Makan Plastik Pestisida di Jambi

Pada lambung gajah ditemukan plastik pestisida. Plastik itu juga di temukan di sekitar gajah itu.

Seekor gajah betina mati di tengah perkebunan kelapa sawit di Dusun Suo Suo, Kecamatan Tujuh Koto, Kabupaten Tebo, Jambi, atau sekitar 450 kilometer dari Kota Jambi. Diduga gajah itu mati karena keracunan pestisida.

"Waktu itu ada warga yang sedang bersih-bersih kebun dan melihat ada gajah terbaring. Ternyata gajah mati," ujar Bujang (48) salah seorang warga Dusun Suo Suo saat dihubungi di Muaratebo, Selasa (31/12/2013).

Menurut Bujang, gajah mati itu ditemukan pada Sabtu 28 Desember, sekitar pukul 11.00 WIB. Warga melaporkan penemuan bangkai gajah itu ke petugas Balai Koservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi dan Polsek setempat.

Sementara, Koordinator Polisi BKSD Jambi Krismanko mengatakan, pihaknya sudah mengirim tim dokter untuk mengotopsi gajah mati itu. "Otopsi dan penyelidikan penemuan gajah ini juga melibatkan unit dari Frankfurt Zoloogical Society (FSZ). Autopsi dilakuan Minggu (28/12)," ujar Krismanko.

Sedangkan Koordinator Elephant Conflict Mitigation Unit FZS Albert T menjelaskan, dari hasil otopsi menunjukkan gajah betina yang mati itu diperkirakan berumur antara 20-25 tahun.

Pada lambung bagian dalam perut gajah juga ditemukan plastik yang diperkirakan bekas bungkus pestisida, yang biasa digunakan untuk tanaman sawit atau karet.

"Begitu juga di sekitar TKP ditemukan bungkus plastik yang sama. Dugaan awal matinya gajah betina ini mati karena keracunan pestisida," jelas Albert.

Meski demikian, untuk memastikan penyebab matinya gajah itu, tim dokter telah mengirim sample forensik ke kampus IPB Bogor dan badan penelitian di Jakarta.

Populasi

Lebih lanjut Albert mengatakan, lokasi penemuan gajah itu merupakan kawasan hutan produksi bekas PT Dalex Jambi yang satu tahun terakhir dibuka oknum warga dan dijadikan kawasan perkebunan dan pertanian.

Lokasi itu hanya 2 kilometer dari kawasan hutan konservasi Taman Nasional Bukit Tigapuluh yang cukup banyak dihuni kawanan gajah.

Dari data FZS diketahui Dusun Suo Suo, Kecamatan Tujuh Koto, Kabupaten Tebo merupakan kawasan yang biasa dilalui kawanan gajah minimal satu tahun sekali.

Lokasi penemuan gajah itu juga masuk kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh dan di sekitar kawasan itu sedikitnya 30 hektare sudah dirambah dan dijadikan lokasi perkebunan.

Sementara jumlah populasi gajah di Provinsi Jambi hingga akhir 2013 diperkirakan hanya 145 ekor saja, 50 ekor di antaranya menghuni sejumlah titik di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh.

"Penemuan gajah mati ini baru sekali selama 2013. Sebelumnya pada 2011 ditemukan anak gajah tapi mati karena sakit. Kemudian pada 2008 ditemukan ada beberapa tapi bukan di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh," tambah Albert.

Sejumlah kawasan di Provinsi Jambi diketahui menjadi kawasan konservasi beberapa satwa dilindungi. Mengingat, Provinsi Jambi terdapat beberapa hutan lindung maupun konservasi, diantaranya adalah Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Taman Nasional Bukit Duabelas, Taman Nasional Berbak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Taman Nasional Kerinci Seblat di Kabupaten Kerinci.

Di dalam kawasan itu terdapat beberapa satwa dilindungi khususnya harimau dan gajah Sumatra. Tak hanya itu, beberapa titik di kawasan konservasi ini juga berfungsi sebagai "rumah" bagi sejumlah warga Suku Anak Dalam (SAD).

Hanya saja, maraknya pembukaan lahan disekitar kawasan konservasi baik oleh warga maupun perusahaan perkebunan menyebabkan terjadi beberapa konflik baik antara warga/perusahaan dengan satwa maupun dengan kelompok suku anak dalam. (Eks/Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini