Sukses

Tradisi Baratan yang Terkikis Oleh Waktu

"Bobo Bratan", tradisi yang dilaksanakan tepat 15 hari sebelum puasa, bertempat di Desa Kriyan, Jepara, Jawa Tengah.

Citizen6, Jepara: Ada hal yang menarik yang dapat kita temui sebelum bulan puasa di Jepara, Jawa Tengah. Sekelompok besar masyarakat yang memadati jalanan serta anak-anak yang dengan riang membawa sebuah lampion di tangannya. Dilaksanakan tepat 15 hari sebelum puasa, bertempat di Desa Kriyan, Jepara, Jawa Tengah, tradisi ini sering disebut "bodo bratan".

Tradisi ini sendiri diadakan untuk memperingati meninggalnya suami dari bupati wanita pertama di Jepara, Sultan Hadlirin yang tewas ketika menuntut kematian Sultan Prawata Dalam perjalanan pulang. Ia dibunuh oleh soreng- soreng, utusan Aryo Penangsang. Dari kematiannya inilah, yang manjadikan awal mula penamaan desa – desa penting di Jepara yang diperingati juga di Tradisi Baratan. Tradisi ini juga dimaksudkan untuk menyucikan diri menyambut bulan suci Ramadan.

Barawal dari masyarakat desa yang menyalakan obor untuk memberi penerangan pada jasad Sultan Hadlirin. Setiap tahunya tradisi ini diperingati juga dengan menyalakan lilin di dalam impes, atau lebih dikenal oleh masyarakat "lampion". Seiring berjalannya waktu tradisi ini semakin redup. Ketidakpedulian pemerintah Jepara menjadi salah satu pemicunya.

Tradisi ini sendiri mulai dibangun oleh karang taruna setempat. Mereka mulai mengemasnya dengan lebih modern. Penggunaan impes yang merupakan awal mula tradisi berlangsung mulai berubah menjadi penggunaan lampion yang sudah dimodifikasi. Melihat tradisi baratan mengingatkan kita juga akan festival lampion di Cina. Modernisasi ini akhirnya berbuah manis, pada 2004 tradisi ini memperoleh penghargaan dari MURI berupa "arak-arakan lampion terpanjang". Itu merupakan MURI pertama yang diraih oleh Jepara.

Tidak hanya lampion, tradisi ini juga mempunyai kuliner khas yang wajib ketika tradisi ini dilaksanakan. Adalah puli dan bongko ceblok yang mempunyai nilai-nilai filosofis tinggi. Hal menarik lainnya terdapat teatrikal berupa sosok "Ratu Kalinyamat" yang dipilih untuk memimpin arak-arakan ini.

Tradisi ini juga meningkatkan penghasilan masyarakat Desa Kriyan secara signifikan. Karena beberapa minggu sebelum pelaksanaannya, masyarakat akan menjajakan impes/ lampion mengingat penontonnya bukan hanya dari Jepara saja. Selain aspek ekonomi, tradisi ini juga meningkatkan aspek sosial budaya. Seluruh masyarakat dari Jepara maupun dari luar Jepara melebur menjadi satu menonton pagelaran ini.

Ketidakpedulian masyarakat akan tradisi ini cukup ironi. Mengingat tradisi ini dapat menciptakan keuntungan untuk sektor daerah yang tidak sedikit. Kegelisahan masyarakat diakui sering terjadi kala karang taruna tidak mempunyai dana dan memilih meniadakan pelaksanaan tradisi baratan tahun itu. Namun hal itu tidak mengubah perilaku masyarakat yang tidak ikut serta secara penuh demi terwujudnya kearifan budaya lokal tersebut.

Pemerintah Daerah sendiri diakui kurang memperhatikan jalannya tradisi ini. Pemerintah lebih mempedulikan tradisi "kirab" yang diperingati tiap HUT Jepara. Sedangkan tradisi yang lebih mengakar, dan lebih lama di Jepara justru cenderung diabaikan. Memang diperlukan kepedulian penuh oleh pemerintah daerah, khususnya masyarakat agar tradisi ini tetap dapat dipertahankan. (mar)

Penulis
Eunike Cahya
Jepara, eunikecaxxx@gmail.com

Baca Juga:

Potong Jari, Tradisi Ekstrim Suku Dani Saat Berduka
Sandur, Kearifan Lokal yang Terpendam
Upaya Menghormati Leluhur Raja Simatupang


Disclaimer

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atauopini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com

Mulai 16 Desember sampai 27 Desember 2013 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Resolusi 2014". Ada kado akhir tahun dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.