Sukses

Perseteruan TNI Vs Polri Diduga Dilatari Adu Jago

Konflik yang kerap terjadi antara oknum anggota TNI vs Polri dinilai disebabkan tradisi unjuk kekuatan alias 'adu jago' di lapangan.

Konflik yang kerap terjadi antara oknum anggota TNI vs Polri dinilai disebabkan tradisi unjuk kekuatan alias 'adu jago' di lapangan. Hal ini menyusul penyerangan puluhan anggota TNI terhadap Mapolres Ogan Komring Ulu (OKU), Sumatera Selatan, Kamis 7 Maret kemarin.

Demikian dikatakan Guru Besar Sosilog UI Thamrin Amal Tomagola dalam diskusi 'Cerita Lama Polisi dan Tentara' di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9/3/2013). "Di sini saya melihat ada di masing-masing kesatuan baik TNI maupun Polri. Kalau dari polisi biasanya oknum anggota Brimob yang mengklaim pihak yang paling jago," ujarnya.

Ia menilai penyelesaian bentrokan di OKU tak akan dapat berakhir dalam waktu dekat jika tidak diatasi secara cepat oleh pimpinan pusat. Ini berdasarkan sifat dasar TNI dan Polri khususnya Brimob yang merupakan pasukan tempur.

Ia menceritakan sekitar tahun 1960-an, saat pembebasan Irian Barat, banyak anggota Angkatan Darat yang berkumpul di Morotai yang justru adu kuat dengan pasukan Brimob.

"Waktu itu dipimpin oleh almarhum Feisal Tanjung sebagai pimpinan Zeni AD. Kok malah pemimpin yang berkelahi di Morotai bisa menjadi panglima? Pelaku yang diduga melakukan kekerasan kok malah jadi promosi? Itu kan sangat aneh," imbuhy Thamrin.

Ia menilai sampai saat ini TNI dan Polri masih terlalu mentoleransi kekerasan yang kerap terjadi. Apalagi ada komunitas macho yang mementingkan bahasa kejantanan berkembang di lapangan. Bahasa macho ini memiliki arti merusak dan sayangnya budaya kekerasan tersebut justru dilembagakan.

"Di dalam kementerian, ada Institut Pembangunan Dalam Negeri yang penuh dengan kekerasan. Termasuk kekerasan yang dilakukan di Akademi Maritim bukan main," tandasnya.

Bentrokan yang terjadi antara prajurit TNI dan polisi di Oku ini ini diduga dilatarbelakangi tewasnya anggota TNI Batalyon Armed 15/76 Tarik Martapura akibat ditembak oknum polisi pada 27 Januari lalu. Puluhan anggota TNI yang tidak puas dengan penyelesaian hukum kasus itu menyerang Mapolres OKU, 2 Mapolsek di OKU dan 4 pos polisi. (Adi)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.