Sukses

&quotBerzikir Bersama Inul", Primadona Pekan Muharram

Lukisan KH Mustafa Bisri berjudul "Berzikir Bersama Inul" menjadi primadona Pekan Muharram di Masjid Agung Surabaya. Masjid Agung sempat diancam dibakar karena lukisan itu.

Liputan6.com, Surabaya: Jika para kiai banyak yang menghujat penyanyi dangdut Inul Darastista lantaran goyangan ngebornya, lain halnya dengan KH Mustafa Bisri. Tokoh yang dikenal sebagai penyair dan pelukis ini justru mengkritik peran kiai di masyarakat yang tengah melenceng. Kritikan tersebut dituangkan dalam sebuah lukisan berjudul "Berzikir Bersama Inul". Lukisan tersebut tengah dipamerkan bersama 50 karya pelukis lainnya di Aula Masjid Agung Surabaya, Jawa Timur, baru-baru ini. Pameran yang masih rangkaian Pekan Muharram ini juga diikuti sejumlah pelukis, di antaranya Danarto, D. Zawawi Imron, Joko Pekik, Acep Zam-Zam Noor, Lukman Azis, dan Almarhum Amang Rahman.

Meski ukuran lukisan Gus Mus--sapaan akrab tokoh Nahdlatul Ulama--ini relatif kecil, para pengunjung yang melintas langsung tertegun dan berusaha memahami arti yang tersirat dalam lukisan kontroversial itu. Padahal, di samping lukisan tersebut terpampang karya pelukis lainnya yang berukuran besar. Dari segi isi, karya Gus Mus sangat komunikatif. Di dalam lukisan itu digambarkan para kiai tengah duduk melingkar sambil berzikir. Satu di antaranya ada sang pelukis yang diberi tulisan "Aku". Namun, di tengahnya ada sosok Inul yang sedang memamerkan goyangan ngebor.

Meski Gus Mus enggan berkomentar banyak mengenai lukisannya, pelukis Danarto mencoba mengapresiasikannya. Menurut Danarto, akhir-akhir ini para kiai baik pengasuh pesantren maupun Majelis Ulama Indonesia sangat serius menghujat Inul. Padahal, masih banyak masalah yang lebih membutuhkan perhatian para kiai sebagai penjaga moral, seperti merebaknya mental korupsi.

Namun, tak banyak orang yang mengerti akan makna yang tersirat dari lukisan tersebut. Pasalnya, seorang penelepon gelap yang mengaku pemuda Islam mengancam akan membakar masjid jika lukisan Inul itu tetap dipamerkan. Kendati demikian, para pengunjung yang ingin melihat lukisan tersebut tetap membludak. Begitu juga dengan sang pelukis. Menurut Gus Mus, ia tak akan menurunkan lukisannya sebelum jadwal pameran usai. Bahkan, dia mengaku, prihatin atas sikap sebagian besar bangsa Indonesia yang masih sebatas penilaian fisik. Padahal, di dalam fisik tersebut ada roh yang perlu pemahaman mendalam. Kendati begitu, lukisan yang dibandrol Rp 75 juta itu hingga kini belum juga ada yang beli. Padahal, sebagian karya lainnya sudah banyak yang terjual.

Di sisi lain, meski ancaman penelepon gelap itu tak digubris, Wakil Ketua Pameran Abdullah Zaim menyatakan, pihaknya akan tetap waspada. Itulah sebabnya, petugas pengamanan masjid serta sejumlah aparat keamanan berpaikaian preman terus memantau aktivitas para pengunjung.(ORS/Hasan Sentot)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini